REPOSITORI BADAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN

Pengembangan Formula Sediaan Salep Bratawali (Tinospora tuberculata L) sebagai Obat Luka serta Uji Antibakterinya

Chozin, Ali (1998) Pengembangan Formula Sediaan Salep Bratawali (Tinospora tuberculata L) sebagai Obat Luka serta Uji Antibakterinya. Warta Litbang Kesehatan.

Full text not available from this repository.

Abstract

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (1986) terdapat kenaikkan proporsi (%) kesakitan penyakit kulit dan bawah kulit. Pada SKRT 1980, penyakit ini mempunyai proporsi 7,9 % yaitu urutan keempat dan pada SKRT 1986 menjadi 9,1 % yaitu pada urutan kedua. Demikian pula dengan pengobatan sendiri dengan obat tradisional, terjadi peningkatan yaitu dari 19,9 menjadi 23,2 per 100 penderita. Salah satu tanaman yang digunakan untuk mengobati luka adalah bratawali (Tinospora tuberculata L). Bagi penduduk Asia tanaman ini digunakan sebagai obat minum untuk demam malaria, kurap, sakit hati, diare, cacingan, pegal linu, kolera, cacar, diabetes dll, Sedangkan untuk pemakaian luar digunakan untuk sifilis, luka, gatal-gatal dll. Berbagai ke-lompok obat digunakan untuk mempercepat penyembuhan luka yaitu antimikroba (antibiotik, sulfa), antiseptik, zat-zat lain (berasal dari hewan atau tanaman) yang diharapkan bermanfaat. Penelitian ini bertujuan mendapatkan bentuk sediaan salep yang sesuai bagi sari batang bratawali sehingga dapat meningkatkan penggu-naan obat tradisional dalam bentuk sediaan modern, mendapatkan salep yang mempunyai aktivitas sebagai obat luka pada tikus, melakukan evaluasi fisik salep yang didapatkan dan meneliti efek antibakteri sediaan salep yang dicoba. Telah dilakukan penelitian yang bertujuan memperoleh sediaan salep untuk luka infeksi yang bahan aktifnya adalah dalam ekstrak batang bratawali. Dalam percobaan akan diteliti bentuk sediaan terbaik yang masih berkhasiat untuk mengobati luka infeksi yang dibuat dengan menginokulasi bakteri Staphylocaccus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Sediaan salep dibuat dengan empat jenis salep dasar berbeda, dengan bahan ekstrak air dan etanol batang bratawali. Pengujian luka terhadap hewan percobaan tikus putih berdasarkan metode Morton. Luka dibuat dengan mencukur bulu punggung tikus dan mengangkat kulit punggung dengan diameter dua cm. Inokulasi bakteri adalah konsentrasi 10-3 sebanyak 0,1 ml. Salep dioleskan setiap hari pada luka infeksi selama 21 hari. Pengamatan luas luka dilakukan pad ahri ke 3, 7, 14 dan 21. Dari evaluasi fisik, ternyata salep ekstrak air lebih stabil daripada salep ekstrak etanol. Secara mikrobiologi, salep III ekstrak air merupakan salep yang paling baik menunjukkan khasiat bakterisida baik terhadap Staphylocaccus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Terhadap luka infeksi, yang paling baik menyembuhkan luka adalah salep III ekstrak air. Persentase penyembuhan luka lebih baik daripada pembanding kloramfenikol. Dari hasil penelitian ini disarankan untuk dilakukan evaluasi terhadap salep luka infeksi tertutup dengan selang waktu pemberian salep. Mengingat sediaan yang terbaik adalah dari ekstrak air yang mudah ditumbuhi jamur, maka untuk penyimpanan lebih lama perlu diperbaiki formula misalnya dengan penambahan bahan pengawet.

Item Type: Article
Uncontrolled Keywords: tanaman obat; salep bratawali; obat luka; Warta Litbang Kesehatan; FAR-BPPK
Subjects: QS-QZ Preclinical sciences (NLM Classification) > QV Pharmacology > QV 701-835 Pharmacy and Pharmaceutics
Divisions: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan > Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Depositing User: Administrator Eprints
Date Deposited: 02 Oct 2017 05:29
Last Modified: 24 Nov 2017 09:32
URI: https://repository.badankebijakan.kemkes.go.id/id/eprint/984

Actions (login required)

View Item View Item