REPOSITORI BADAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
Faktor Risiko Kecacingan Pada Anak Sekolah dan Kebijakan Pengendalian Kecacingan Di Propinsi Kalimantan Selatan (Tahap II)
Annida,, Annida (2011) Faktor Risiko Kecacingan Pada Anak Sekolah dan Kebijakan Pengendalian Kecacingan Di Propinsi Kalimantan Selatan (Tahap II). Project Report. Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) Tanah Bumbu.
Full text not available from this repository.Abstract
Kecacingan tersebar dan menjangkiti hampir seluruh penduduk di seluruh dunia, terutama di Indonesia sebagai daerah tropis, dengan prevalensi Ascaris 79% dan Trichuris 83% di Kalimantan. Penelitian faktor risiko kecacingan dan kebijakan pengendalian kecacingan ini dilaksanakan di 7 kabupaten/kota (Kabupaten Kotabaru, HSS, HST, HSU, Banjar, Kota Banjarbaru dan Banjarmasin), sedangkan studi hubungan kecacingan dan atopi alergi dilakukan di Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan, yang merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Prevalensi kecacingan di 7 kabupaten/kota sebesar 2% (47 dari 2.307 sampel tinja), disebabkan oleh Trichuris trichiura sebanyak 18 sampel (0,78%), Hymenolepis sp. sebanyak 12 sampel (0,52%), Ascaris lumbricoides sebanyak 11 sampel (0,48%), dan Enterobius vermicularis sebanyak 6 sampel (0,26%). Faktor risiko kecacingan di Provinsi Kalimantan Selatan terhadap 2.189 responden adalah kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan (risiko 0,296 kali), kebiasaan menggunting kuku lebih dari seminggu sekali (risiko 0,209 kali), dan keberadaan jamban (kebiasaan BAB) diluar rumah (risiko 0,126-0,210 kali). Sebesar 24,72% kecacingan pada anak sekolah dasar di Kabupaten Tanah Bumbu (22 dari 89 sampel tinja) disebabkan oleh A. lumbricoides, hookworm, dan T. trichuris. Hasil uji ELISA dengan konsentrasi lgE total diatas 115 IU/mL (43,33%) menunjukkan bahwa anak sekolah tersebut mengalami atopi alergi/hipersensitivitas tipe 1, namun mempunyai hubungan yang tidak signifikan antara atopi alergi dengan kejadian kecacingan. Kebijakan pengendalian kecacingan di Provinsi Kalimantan Selatan belum terprogram sehingga tidak alokasi anggaran secara khusus, karena kecacingan dianggap sebagai neglected desease yang tidak menjadi prioritas dalam masalah kesehatan. Angka kasus kecacingan, faktor risiko, dan atopi alergi pada kecacingan dapat dijadikan dasar rekomendasi model pengendalian kecacingan yang spesifik berdasarkan karakteristik wilayah.
Item Type: | Monograph (Project Report) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Faktor Risiko Kecacingan; Pengendalian Kecacingan |
Subjects: | W Medicine and related subjects (NLM Classification) > WC Communicable Diseases > WC 680-950 Tropical and Parasitic Diseases |
Divisions: | Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan > Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) Tanah Bumbu |
Depositing User: | Administrator Eprints |
Date Deposited: | 02 Oct 2017 05:29 |
Last Modified: | 06 Nov 2017 03:12 |
URI: | https://repository.badankebijakan.kemkes.go.id/id/eprint/862 |
Actions (login required)
View Item |