Pemerintah telah berasil menurunkan prevalensi stunting sebesar 16,1% selama sepuluh tahun terakhir yaitu dari 37,6% pada tahun 2013 menjadi 21,5% tahun 2023, namun capaian ini belum memenuhi target sebesar 14% pada tahun 2024. Dampak stunting jangka Panjang dapat menyebabkan kualitas sumber daya manusia yang kurang dan penyakit degenerative saat dewasa. Apabila permasalahan stunting tidak segera diatasi akan berakibat pada rendahnya kualitas SDM yang akan datang. Hasil analisis lanjut data SKI 2023 menunjukkan ada korelasi yang bermakna antara higiene sanitasi (akses higiene dasar, akses air minum layak dasar dan akses sanitasi layak sendiri), asupan/konsumsi gizi (konsumsi protein hewani, keragaman makanan minimal balita dan ASI Ekslusif) dan pencegahan infeksi (balita tidak diare, balita tidak pneumonia dan imunisasi dasar lengkap) dengan kejadian stunting (r=-0,33 sampai dengan -0,70). Sesuai hasil analisis tersebut maka percepatan penurunan stunting harus dilakukan intervensi pada pemenuhan higiene sanitasi, pemenuhan konsumsi dan pencegahan infeksi. Pemenuhan higiene sanitasi melalui peningkatan akses air, sanitasi dan kebersihan. Pemenuhan konsumsi gizi seimbang melalui pendekatan warung gizi, Dimana keluarga yang berisiko dapat memperoleh makanan secara gratis pada warung gizi tersebut. Pencegahan infeksi terutama pada penyakit diare dan pneumonia melalui pembenahan higiene sanitasi dan perbaikan nutrisi serta wajib imunisasi dasar lengkap.