Aprila Fajrin, Fifteen and Khotib, Junaidi and Susilo, Imam (2013) HISTOLOGI DORSAL HORN DARI SPINAL CORD MENCIT YANG MENGALAMI NYERI INFLAMASI AKIBAT INDUKSI CFA (COMPLETED FREUD’S ADJUVANT) SETELAH PEMBERIAN GABAPENTIN DAN BACLOFEN. Buletin Penelitian Kesehatan, 41 (4). pp. 225-236. ISSN 0125-9695
![bd1fdaae-d023-4315-b3f3-efe0e0b1ada8 hal 225-236.pdf [thumbnail of bd1fdaae-d023-4315-b3f3-efe0e0b1ada8 hal 225-236.pdf]](https://repository.badankebijakan.kemkes.go.id/style/images/fileicons/text.png)
bd1fdaae-d023-4315-b3f3-efe0e0b1ada8 hal 225-236.pdf
Download (271kB)
Abstract
Nyeri merupakan pengalaman yang multidimensional. Umumnya kebanyakan penyakit kronik selalu disertai dengan nyeri. Nyeri kronik dapat disebabkan oleh inflamasi maupun neuropati dengan patofisiologi yang berhubungan dengan
aktivitas reseptor N-methyl-D-aspartate (NMDA) subunit 2B (NR2B). Sampai
saat ini pengobatan nyeri kronik menjadi tantangan. Obat yang bekerja sebagai
agonis GABA seperti gabapentin dan baclofen dilaporkan mempunyai peranan
penting dalam penghambatan proses nyeri. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh pemberian gabapentin dan baclofen terhadap histologi
dorsal horn pada keadaan nyeri kronik akibat inflamasi. Hal ini bertujuan untuk
menjelaskan bagaimana gabapentin dan baclofen dapat digunakan sebagai terapi
pada nyeri kronik. Empat puluh mencit dibagi menjadi delapan kelompok, yaitu
sham, kontrol negatif, gabapentin dosis 10, 30 dan 100 nmol/mencit serta
baclofen dosis 1, 10 dan 30 nmol/mencit. keadaan inflamasi diinduksi oleh injeksi
intraplantar CFA (Completed Freud's Adjuvants). Gabapentin dan baclofen
diberikan secara intratekal sehari sekali selama tujuh hari, pada hari ketujuh
setelah induksi CFA. Waktu ketahanan terhadap stimulus panas diukur
menggunakan hot/cold plate pada hari ke-0, 1, 3, 5, 7, 8, 10, 12 dan 14 setelah
induksi. Tebal plantar diukur pada hari ke-0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 12 dan 14
setelah induksi. Respon nyeri diamati secara visual seperti mendekatkan kedua
tungkai kaki ke depan, menjilat tungkai kaki ke depan, gerakan meliuk, berusaha
melompat keluar hot/cold plate,dan menghentakkan tungkai belakang. Histologi
bagian dorsal horn dari spinal cord diamati menggunakan pewarnaan haematoxyllin-
eosin. Pemberian gabapentin dan baclofen meningkatkan waktu ketahanan terhadap stimulus panas secara signifikan dibandingkan kontrol. Secara histologi, pemberian gabapentin dan baclofen menurunkan sel inflamatori, menurunkan
asodilatasi dan meningkatkan bentukan neuron pada dorsal horn dari spinal cord dibandingkan dengan kontrol. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian gabapentin dan baclofen meningkatkan waktu ketahanan terhadap stimulus panas
serta memperbaiki histologi dorsal horn dari spinal cord mencit dengan nyeri inflamasi setelah induksi CFA.
Item Type: | Article |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Inflammation, CFA, Gabapentin, Baclofen, Dorsal horn |
Subjects: | QS-QZ Preclinical sciences (NLM Classification) > QW Microbiology. Immunology |
Divisions: | Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan > Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan |
Depositing User: | Rini Sekarsih |
Date Deposited: | 16 Apr 2025 08:52 |
Last Modified: | 16 Apr 2025 09:00 |
URI: | https://repository.badankebijakan.kemkes.go.id/id/eprint/5794 |