Keadaan sanitasi lingkungan di Indonesia baik di daerah perkotaan maupun perdesaan masih
be/um memadai, sehingga menimbulkan dampak yang sangat mengkhawatirkan terhadap kesehatan
dan lingkungan. Sa/ah satu faktor penting yang menentukan derajat sanitasi lingkungan adalah
pembuangan limbah (tinja dan urine) manusia. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa
cakupan penduduk yang menggunakan sarana pembuangan limbah yang memenuhi syarat masih
sangat rendah. Sebagian masyarakat masih membuang limbah di sembarang tempat, atau
walaupun ada sarana pembuangan limbah, tetapi be/um memenuhi syarat sanitasi. Walaupun
berbagai upaya te/ah dilakukan, untuk meningkatkan jumlah penduduk yang mempunyai akses
kepada sarana pembuangan limbah yang layak, namun peningkatan jumlah sarana tersebut tidak
dapat mengejar tingkat pertambahan penduduk yang tinggi.
Penyediaan sarana pembuangan limbah khususnya tinja, yang diterapkan selama ini sebagian
besar menggunakan sistem on-site yang be/um banyak memberikan manfaat ekstra berupa
pemanfaatan hasil samping, seperti biogas dan pupuk. Banyak penelitian telah dilakukan di
berbagai negara yang menunjukkan manfaat tinja sebagai sumberdaya alam yang terbarukan ha!
ini dilakukan dengan menerapkan suatu sistem pembuangan tinja, yang selain memberikanjaminan
kesehatan juga memberikan manfaat lainnya berupa alternatif sumber energi rumah tangga dan
pupuk untuk pertanian. Pendekatan tersebut dikenal sebagai sanitasi ekologis atau ekosanitasi.
Namun demikian, penerapan sistem tersebut harus mempertimbangkan faktor-faktor ,antara lain
jenis kegiatan utama penduduk, tingkat kepadatan penduduk, dan penerimaan masyarakat sehingga
dampak pencemaran terhadap tanah dan air dapat dicegah. Makalah ini, mengkaji berbagai
alternatif penerapan sistem ekosanitasi yang dapat diterapkan di suatu kelompok masyarakat
tertentu. Diharapkan, kajian ini dapat membantu peningkatan status kesehatan masyarakat, melalui
upaya peningkatan kondisi dan cakupan sarana pembuangan limbah, khususnya tinja serta
pemanfaatannya sebagai sumber energi (penerangan
memasak) dan pupuk alternatif untuk
peningkatan produksi pertanian.