REPOSITORI BADAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN

Validitas Gejala Klinis sebagai Indikator untuk Memprediksi Kasus Malaria di Indonesia (Analisis Data Riskesdas 2010)

Anastasia, Hayani and Jastal, Jastal and Nurjana, Made Agus (2013) Validitas Gejala Klinis sebagai Indikator untuk Memprediksi Kasus Malaria di Indonesia (Analisis Data Riskesdas 2010). Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 23 (4). pp. 149-157. ISSN 0853-9987

[thumbnail of 20684-validitas-gejala-klinis-sebagai-indikato-5b32a7a8.pdf] Text
20684-validitas-gejala-klinis-sebagai-indikato-5b32a7a8.pdf

Download (102kB)

Abstract

Salah satu upaya yang cukup efektif dalam surveilans malaria adalah melakukan screening (penapisan) malaria untuk meningkatkan sistem kewaspadaan dini di kelompok masyarakat daerah endemis malaria. Hasil penapisan positif atau meragukan harus dirujuk ke dokter untuk penegakkan diagnosis dan pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis validitas gejala klinis sebagai indicator untuk memprediksi kasus malaria di Indonesia dengan menggunakan disain cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah semua responden yang diwawancarai,
dilakukan pemeriksaan darah dengan Rapid Diagnostic Test (RDT). Validitas gejala klinis diukur dengan melakukan
summary statistic untuk diagnostic test. Di wilayah endemis tinggi sensitivitas gejala klinis demam saja sebagai prediktor
malaria hanya 26,9% (95% CI: 22-32,2) dan PPV 11,4% (95% CI: 9,2-13,9) dengan spesifisitas 96% (95% CI: 95,696,3). Sensitivitas, PPV, dan spesifisitas gejala demam saja di daerah endemis sedang secara berturut-turut adalah sebesar 26,1% (95% CI: 17,5-36,3), 5.0% (95% CI: 3,2-7,4), dan 96,9% (95% CI: 96,6-97,2). Di daerah endemis rendah sensitivitas demam sebagai alat diagnosa kasus malaria hanya sebesar 3,5% (95% CIH: 1,6-6,6) dengan PPV 1,1% (95% CI: 0,5-2,1) sedangkan spesifisitas 98% (95% CI: 97,8-98,1). Kombinasi gejala klinis demam, menggigil, sakit kepala, berkeringat, mual, dan muntah dalam analisis data Riskesdas menunjukkan sensitifitas yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan demam saja (36,4%). Sebaliknya PPV kombinasi gejala tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan PPV demam saja (3,8%). Gejala klinis malaria kurang valid untuk digunakan untuk mendeteksi kasus malaria baik pada daerah endemis tinggi, sedang, maupun rendah. Akan tetapi penggunaannya untuk daerah endemis tinggi masih dimungkinkan, seperti yang direkomendasikan oleh WHO terutama untuk anak-anak.

Item Type: Article
Uncontrolled Keywords: malaria, gejala klinis, validitas, sensitivitas, spesifisitas
Subjects: W Medicine and related subjects (NLM Classification) > WC Communicable Diseases > WC 680-950 Tropical and Parasitic Diseases
Divisions: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan > Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Depositing User: K A
Date Deposited: 05 Apr 2024 07:16
Last Modified: 05 Apr 2024 07:16
URI: https://repository.badankebijakan.kemkes.go.id/id/eprint/5337

Actions (login required)

View Item View Item