REPOSITORI BADAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN

Artesunat-Amodiakuin dan Klorokuin untuk Pengobatan Malaria Vivaks di Puskesmas Kopeta, Maumere, Nusa Tenggara Timur, 2007

Hasugian, Armedy Ronny and Tjitra, Emiliana (2014) Artesunat-Amodiakuin dan Klorokuin untuk Pengobatan Malaria Vivaks di Puskesmas Kopeta, Maumere, Nusa Tenggara Timur, 2007. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 24 (4). pp. 161-168. ISSN 0853-9987

[thumbnail of 20710-artesunat-amodiakuin-dan-klorokuin-untuk-416a78f4.pdf] Text
20710-artesunat-amodiakuin-dan-klorokuin-untuk-416a78f4.pdf

Download (280kB)

Abstract

Indonesia merupakan negara endemis malaria yang merekomendasi Artemisinin-based Combination Therapy (ACT) untuk malaria Plasmodium vivax. Konfirmasi resistensi P.vivax terhadap kloroquin dan efikasi ACT perlu diteliti untuk mendukung kebijakan pengobatan malaria. Provinsi Papua bersama Nusa Tenggara Timur (NTT) penyumbang utama kasus malaria di Indonesia. Tujuan penelitian untuk mengevaluasi efikasi dan keamanan ACT program artesunat-amodiakuin (AsAq) dibandingkan obat konvensional klorokuin (Cq) pada malaria vivaks di Puskesmas, Provinsi NTT. Penelitian ini merupakan penelitian klinis, prospektif, evaluasi efikasi dan keamanan AsAq dibandingkan Cq pada subyek P.vivax malaria dan diamati selama 28 hari, sesuai protokol WHO tahun 2003. Efikasi AsAq dan Cq dianalisis dan dibandingkan secara intention to treat (ITT) dan per protocol (PP). Keamanan obat dievaluasi berdasarkan timbulnya atau memberatnya gejala klinis dalam kurun waktu 28 hari. Total 100 subjek monoinfeksi P. Vivax yang memenuhi criteria diobati secara acak dengan AsAq atau Cq. Efikasi hari-28 AsAq dibandingkan Cq secara Intention to Treat (ITT) adalah 93,7% (95%CI: 83,8 – 97,9) versus 56,4% (95%CI: 50,1 – 75,9) dengan Log Rank (Mantel Cox)<0.001 dan Hazard Ratio 8,3 (95%CI: 2,4 – 28,2). Efikasi hari-28 AsAq per protocol (PP) adalah 93,6% (95%CI: 82,8 – 97,8) dibandingkan Cq51,4% (95%CI: 35,9– 66,6) dengan Log Rank (Mantel Cox)<0,001 dan HR 9,3 (95%CI: 2,7 – 31,7). Dua (4%) kasus dengan Cq mengalami kegagalan pengobatan dini (Early Treatment Failure) di hari-3. Kejadian
sampingan terbanyak AsAq dan Cq adalah muntah (26% vs 20,4%)dan dua kasus pengobatan Cq merupakan kasus kejadian sampingan serius karena muntah berulang yang memerlukan rawat inap. Efikasi AsAq lebih baik secara signifikan dibandingkan Cq untuk pengobatan P. Vivax di Maumere. Muntah merupakan kejadian sampingan AsAq dan Cq yang paling sering terjadi dan memerlukan pengobatan. ACT alternatif yang efektif dan aman dibutuhkan untuk pengobatan infeksi P. vivax

Item Type: Article
Uncontrolled Keywords: artesunat, amodiakuin, klorokuin, P. vivax.
Subjects: W Medicine and related subjects (NLM Classification) > WC Communicable Diseases > WC 500-590 Virus Diseases
Divisions: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan > Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Depositing User: K A
Date Deposited: 01 Apr 2024 06:27
Last Modified: 01 Apr 2024 06:27
URI: https://repository.badankebijakan.kemkes.go.id/id/eprint/5302

Actions (login required)

View Item View Item