REPOSITORI BADAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN

Laporan Akhir Penelitian Faktor Risiko Akibat Penambangan Batubara Terhadap Kejadian Malaria Dan Kecacingan Di Kalimantan Selatan

MS, Mardiana (2010) Laporan Akhir Penelitian Faktor Risiko Akibat Penambangan Batubara Terhadap Kejadian Malaria Dan Kecacingan Di Kalimantan Selatan. Project Report. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan, Jakarta. (Unpublished)

[thumbnail of Laporan Akhir Penelitian  Faktor Akibat Penambangan Batubara Terhadap Kejadian Malaria dan Kecacingan di Kalimantan Selatan.pdf] Text
Laporan Akhir Penelitian Faktor Akibat Penambangan Batubara Terhadap Kejadian Malaria dan Kecacingan di Kalimantan Selatan.pdf
Restricted to Registered users only

Download (18MB) | Request a copy

Abstract

Kalimantan Selatan merupakan wilayah yang banyak terdapat industri batubara, baik secara legal maupun secara ilegal. Usaha pemanfaatan sumber daya alam batubara di Kalimantan Selatan saat ini secara resmi (legal) dilakukan oleh beberapa perusahaan besar, menengah dan skala kecil (koperasi) serta perorangan. Selain yang legal, juga banyak terdapat pertambangan batubara yang ilegal yang aktivitasnya sampai saat ini semakin marak. Semua aktivitas pertambangan batubara tersebut, dilakukan dengan menggunakan metode penambangan secara terbuka (open pit). Seperti halnya aktivitas pertambangan lainnya di Indonesia, pertambangan batubara di Katimantan Selatan telah menimbulkan dampak kerusakan lingkungan yang merupakan lubang besar, sehingga bila musim hujan akan menjadi tempat genangan air. Menurut Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) terdapat 10.444 ha dan 12.944 ha areal tambang batubara di Kalimantan Selatan yang selesai dieksplorasi dan belum direklamasi, sehingga berpotensi menimbutkan masalah kesehatan dimasa mendatang. Sebagian besar lahan tersebut dibiarkan terbuka berupa lubang besar atau berupa danau karena terisi air hujan, dan kemungkinan semakin lama akan potensial menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk. Di Kalimantan Selatan pada tahun 2006, ada 5 kabupaten yang menjadi kawasan endemis malaria yaitu Kabupaten Banjar, Kab. Tanah Laut, Kab. Tabalong, Kab. Tanah Bumbu dan Kab. Kota Baru. Diantara lima Kabupaten tersebut dilaporkan bahwa kasus malaria di Kabupaten Tanah Bumbu menunjukkan angka AMI sebesar 14,33 per seribu penduduk. Menurut laporan Dinkes Kalimantan Selatan, sebanyak 17 penderita meninggal dunia karena terserang malaria yang ditemukan di tiga kabupaten termasuk Kabupaten Tanah Bumbu. Selain malaria dilaporkan bahwa ditemukan penderita cacing tambang pada anak usia sekolah dasar. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh lingkungan pada masyarakat yang tinggal atau bermukim dekat dengan aktivitas pertambangan. Untuk memahami faktor-faktor risiko dari perubahan lingkungan bekas penambangan batubara oleh rakyat, maka akan dilakukan penelitian faktor risiko lingkungan biologi untuk mengetahui habitat vektor, jenis vektor, parasit malaria dan kejadian kecacingan didaerah pemukiman penambang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di daerah penelitian di dua desa banyak ditemukan rawa-rawa, parit dan genangan air yang tidak mengalir. Genangan air tersebut banyak dijumpai di bawah rumah penduduk, yang pada umumnya rumah mereka adalah rumah panggung, pada waktu survei pengambilan larva nyamuk banyak ditemukan di genangan air tersebut, sehingga potensial sebagai tempat perkembangbiakan larva nyamuk antaranya nyamuk Anopheles. Hasil identifikasi larva yang menjadi nyamuk di Desa Sukadamai ditemukan adalah An.vagus, An.letifer, An. kochi, sedangkan di Desa Emil Baru hanya di temukan An. barbirostris. Pemeriksaan parasit malaria di Desa Sukadamai dari 100 orang hanya 1 orang yang positif Plasmodium vivax, di Desa Emil Baru dari 100 orang di periksa 6 yang positif yaitu 2 orang positif P. Falciparum dan 4 orang positif P. Vivax. Sedangkan untuk mengetahui kejadian kecacingan dari hasil pemeriksaan terhadap sampel tinja pada anak usia sekolah dasar, di Desa Sukadamai hanya 3 orang yang positif telur cacing dan 53 sampel yang diperiksa masing-masing 2 orang positif Ascaris lumbricoides dan 1 orang positif Hymenolipis nana. Di Desa Emil Baru yang positif 15 orang dan 53 sampel tinja, yang As. lumbricoides ada 5 orang, positif T. trichiura ada 2 orang, yang positif cacing tambang ada 3 orang dan yang positif (mix) ada cacing tambang ada 5 orang. Pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP) masyarakat setempat terhadap malaria dan kecacingan, dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner terstruktur ternyata di dua desa tersebut dari pendidikan dan pengetahuan masyarakat tentang penyakit malaria serta kecacingan masih rendah sekali karena banyak responden yang tidak sekolah, anak-anak mereka juga ada yang tidak sekolah dengan alasan sekolahnya jauh dari pemukiman.

Item Type: Monograph (Project Report)
Uncontrolled Keywords: Malaria; Kecacingan; Penambangan Batubara
Subjects: W Medicine and related subjects (NLM Classification) > WC Communicable Diseases > WC 680-950 Tropical and Parasitic Diseases
Divisions: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan > Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan
Depositing User: Administrator Eprints
Date Deposited: 02 Oct 2017 05:26
Last Modified: 06 Dec 2021 07:41
URI: https://repository.badankebijakan.kemkes.go.id/id/eprint/471

Actions (login required)

View Item View Item