REPOSITORI BADAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN

Pengembangan Model Penyuluhan Untuk Meningkatkan Pengendalian Merokok Pada Remaja (Tahun Pertama: 1998-1999) (124 PTM) (Laporan Penelitian)

Ganda Siburian PhD; Ieke Irdjiatie S.A.MPH; Qomariah SKM; Drg. , Dr. (2014) Pengembangan Model Penyuluhan Untuk Meningkatkan Pengendalian Merokok Pada Remaja (Tahun Pertama: 1998-1999) (124 PTM) (Laporan Penelitian). Project Report. Puslit Penyakit Tidak Menular.

Full text not available from this repository.

Abstract

Penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan bahwa masih lemahnya upaya pengendalian merokok pada remaja di Indonesia telah mengakibatkan peningkatan prevalensi perokok laki-laki umur 15-19 tahun dari 13,2% pada SKRT 1980 menjadi 22,6% pada SKRT 1995. Model penyuluhan untuk pengendalian merokok pada remaja, yang diberikan melalui program pencegahan di sekolah (school prevention program) yang mendayagunakan dokter sebagai pendidik belum dikembangkan dengan baik. Dalam penelitian ini dikembangkan suatu model penyuluhan secara tatap muka plus pemberian buku penyuluhan. Buku penyuluhan yang digunakan dimodifikasi dari buku penyuluhan untuk remaja tentang manfaat hidup tanpa merokok dan dampak negatif merokok bagi kesehatan yang diterbitkan oleh CDC USA. Dalam rangka menjawab pertanyaan apakah model penyuluhan yang kami buat dapat mengendalikan merokok pada remaja, telah dilakukan penelitian dengan metode quasi experimental, dengan desain before and after with control, yang intervensinya berupa penyuluhan. Dalam tahap pertama (1998-1999) riset ini telah dilakukan survei baseline mengenai pengetahuan tentang manfaat hidup tanpa merokok, sikap terhadap upaya pengendalian merokok dan perilaku mengenai merokok dan kesehatan pada 2143 siswa laki-laki kelas satu dan dua (umur 14 s/d 18 tahun) dari 8 SMU dan 4 SMK di Jakarta Pusat. Hasil survei baseline menunjukkan bahwa responden perokok lebih banyak berasal dari mereka yang pendidikan ibunya rendah (P 0.001), uang sakunya lebih banyak (P.000), ayah, kakak dan sebagian besar temannya merokok (P 0.000), serta tidak pernah melihat contoh orang yang sakit atau meninggal karena merokok (P 0.006). Responden yang menjawab dengan benar atas pertanyaan tentang pengetahuan manfaat hidup tanpa merokok lebih besar jumlahnya daripada yang menjawab dengan salah atau tidak tahu. Persentase perokok yang menjawab salah dan tidak tahu atas pertanyaan tentang manfaat hidup tanpa merokok dan dampak negatif merokok bagi kesehatan lebih besar daripada perokok yang menjawabnya dengan benar. Sebaliknya persentase bukan perokok yang menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan benar lebih besar daripada persentase bukan perokok yang menjawabnya dengan salah atau tidak tahu (P 0.000). Responden yang memperlihatkan sikap yang baik (sangat setuju atau setuju) terhadap berbagai upaya pengendalian merokok lebih besar jumlahnya daripada yang memperlihatkan sikap buruk (sangat tidak setuju, tidak setuju dan tidak punya pendapat). Persentase perokok yang bersikap buruk terhadap upaya pengendalian merokok lebih besar daripada persentase perokok yang bersikap baik terhadap upaya-upaya tersebut. Sebaliknya persentase bukan perokok yang bersikap baik terhadap upaya tersebut lebih besar daripada persentase bukan perokok yang bersikap buruk terhadapnya (P 0.000). Prevalensi perokok dalam survei pra-intervensi ini adalah 37.8%. Responden paling banyak (26.8%) mulai merokok umur 14 tahun, dan diperkenalkan pada rokok oleh teman (53.5%). Jenis rokok yang paling banyak dihisap (80.8%) ialah filter dan paling banyak (37.2%) responden merokok lebih dari 10 batang per minggu. Alasan terbanyak (38.9%) responden merokok ialah untuk mengatasi kejenuhan dan sebagian besar responden perokok (89.9%) pernah mencoba untuk berhenti merokok tetapi gagal. Alasan responden bukan perokok untuk tidak merokok yang terbanyak ialah karena sudah tahu bahayanya, dilarang dan pernah sakit (79.7%). Untuk memvalidasi kuesioner mengenai perilaku merokok juga telah dilakukan pemeriksaan tiosianat serum pada 321 orang (15%) dari total responden. Namun pemeriksaan ini belum dapat mengungkapkan hubungan antara perilaku dengan tingkat tiosianat serum responden. Setelah survei baseline (survei pra-intervensi) dilakukan, dibuat suatu model penyuluhan manfaat hidup tanpa merokok dan pengaruh buruk merokok pada kesehatan berdasar hasil penelitian-penelitian mutakhir yang bentuk (layout), bahasa dan penampilannya disesuaikan dengan minat remaja, menggunakan media audio-visual dengan slide serta buku penyuluhan. Model penyuluhan yang dibuat telah diintervensikan (dan tidak diintervensikan sebagai kontrol) pada dua kelompok besar masing-masing 540 orang perokok dan 540 orang bukan perokok. Tiap kelompok dibagi tiga sub kelompok (cluster) dengan jumlah tiap cluster 180 orang; yaitu dua cluster untuk diintervensi dan sebuah cluster yang tidak diberi intervensi penyuluhan sebagai kontrol. Kelompok perokok terdiri dari cluster A, B dan C dan kelompok bukan perokok terdiri dari cluster D, E dan F. Cluster A dan D diberi "penyuluhan plus", yaitu penyuluhan secara tatap muka oleh tenaga kesehatan ditambah pembagian buku penyuluhan. Cluster B dan E hanya diberi buku penyuluhan. Cluster C dan F secara sengaja telah dibiarkan tidak diberi penyuluhan apapun, sebagai kontrol. Penelitian akan dilanjutkan pada tahap kedua (1999-2000) untuk menentukan apakah model penyuluhan yang akan dibuat itu dapat meningkatkan pengendalian merokok pada remaja responden penelitian ini.

Item Type: Monograph (Project Report)
Uncontrolled Keywords: Pengendalian Merokok; Remaja
Subjects:
Divisions: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan > Pusat Penelitian dan Pengembangan Penyakit Tidak Menular
Depositing User: Administrator Eprints
Date Deposited: 02 Oct 2017 05:26
Last Modified: 23 Sep 2019 12:05
URI: https://repository.badankebijakan.kemkes.go.id/id/eprint/441

Actions (login required)

View Item View Item