Dalam upaya mendukung program obat generik berlogo (OGB) telah dikeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 085/Menkes/Per/I/1989 tentang Kewajiban Menuliskan Resep dan atau Menggunakan OGB di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. Setelah 3 tahun peraturan tersebut dilaksanakan, bagaimanakah produksi, distribusi, penyediaan dan penulisan resep OGB di sektor swasta?

Untuk mendapatkan informasi tentang kegiatan dan masalah produksi, distribusi, penyediaan dan penulisan resep OGB serta faktor-faktor yang berhubungan dengan penyediaan dan penulisan resep OGB telah dilakukan penelitian deskriptif analitis terhadap 11 produsen OGB , 21 PBF OGB, 110 apotek dan 110 dokter umum di sektor swasta di 4 daerah tingkat II.

Pengumpulan angket melalui data dari produsen OGB pos, sedangkan lainnya dilakukan dengan dengan wawancara berpedoman pada kuesioner dan observasi. Analisis data untuk kemaknaan hubungan menggunakan uji Chi-square.

Dari hasil penelitian analisis diambil kesimpulan:
1. Persentase terbesar produsen OGB swasta hanya memproduksi item OGB 1-10% dari total item obat yang diproduksi dan berpendapat harga jual OGB yang ditetapkan pemerintah terlalu murah.
2. Masalah produksi adalah variasi dan fluktuasi harga bahan baku yang umumnya impor & kekosongan item tertentu.
3. Persentase terbesar distributor OGB jangkauan distribusinya 1-2 propinsi dan mendistribusikan OGB yang berasal dari satu pabrik OGB.
4. Masalah distribusi OGB adalah luasnya wilayah pemasaran yang berdampak pada biaya dan kontinuitas distribusi, persaingan potongan harga/ bonus yang dapat menimbulkan citra masyarakat yang berbeda terhadap OGB yang sama.
5. Petugas penyedia obat persentase terbesar adalah Apoteker/asisten apoteker yang telah bekerja lebih dari 3 tahun. Secara statistik ada hubungannya antara petugas penyedia obat yang berpendidikan apoteker/asisten apoteker dengan pengetahuannya yang "tinggi" tentang OGB.
6. Petugas penyedia obat persentase terbesar pengetahuannya tentang OGB "tinggi", sikapnya terhadap OGB "kurang baik" menyediakan item OGB "tidak lengkap" . Secara statistik tidak ada hubungan antara pengetahuan, sikap dan permintaan OGB dengan ketersediaan item OGB.
7. Alasan petugas penyediaan obat menyediakan OGB persentase terbesar untuk membantu masyarakat karena harganya terjangkau.
8. Masalah penyediaan OGB di apotek adalah persaingan antar produsen OGB melalui pemberian potongan harga, promosi terselubung dan kemasan berbeda. Ketersediaan item OGB tertentu. Juga permintaan item OGB tertentu kurang, yang meliputi resep OGB tidak banyak dan adanya OGB yang kurang laku.
9. Dokter umum persentase terbesar telah praktek lebih dari 3 tahun dan pada pagi hari bekerja di pelayanan kesehatan pemerintah.
10. Dokter umum persentase terbesar pengetahuannya tentang OGB "tinggi", sikapnya terhadap OGB "baik" dan "banyak" menulis resep OGB
11. Dokter umum persentase terbesar jasa profesinya "tidak mahal" dan alasan mempreskripsi OGB agar harga obatnya terjangkau pasien. DUPS yang jasa profesinya "tidak mahal" cenderung "banyak" mempreskripsi OGB.
12. Masalah penulisan resep OGB adalah ketersediaan item OGB di apotek kurang lengkap, belum semua obat tunggal ada dalam bentuk OGB, keraguan dokter terhadap khasiat OGB untuk penyaki t tertentu, dan ketidak tahuan terhadap item OGB apa saja yang sudah diproduksi dan tersedia di apotek