Noerhadi, M. and Muktiningsih, S.R. (1990) Laporan Inventarisasi Tenaga Farmasi Di Indonesia 1989/1990. Project Report. Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, Jakarta. (Unpublished)
Laporan Inventarisasi Tenaga Farmasi Di Indonesia 1989-1990.pdf
Download (15MB) | Preview
Abstract
Tenaga farmasi (apoteker) terus bertambah setiap tahunnya, tetapi penyebaran dan penyerapannya kurang lancar. Dalam kenyataannya, mereka lebih tersebar di kota-kota besar di Pulau Jawa dibanding di daerah-daerah. Di lain pihak perguruan tinggi farmasi mempunyai pola pendidikan yang beragam, dengan demikian kualitas hasilnyapun kemungkinan berbeda.
Untuk mengetahui jumlah, jenis pekerjaan, penyebaran apoteker per propinsi, kurikulum perguruan tinggi farmasi serta ilmu yang masih dibutuhkan apoteker sesuai dengan bidang tungasnya, dilakukan inventarisasi tenaga farmasi (apoteker) di Indonesia, tahap I tahun 1988/1989 dan dilanjutkan tahap II tahun 1989/ 1990.
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengirim kuesioner per surat ke 27 Kanwil Kesehatan, 27 Dinas Kesehatan Tingkat I, 27 Balai POM, 27 BPD ISFI, 13 Perguruan Tinggi Farmasi, 10 Rumah Sakit Kelas A/B, dan 35 Pabrik Obat/Jamu di 27 propinsi, 6 propinsi diantaranya dikunjungi.
Dari kuesioner yang dikirim, yang kembali dari Kanwil Depkes adalah 92,6%, Dinas Kesehatan 51,9%, Balai POM 100%, BPD ISFI 92,6%, Pabrik Obat/Jamu 85,3%, Rumah Sakit 10%, dan Perguruan Tinggi Farmasi 92,3%. Diperoleh gambaran bahwa sampai dengan tahun 1988 telah dihasilkan 5363 apoteker dari 9 perguruan tinggi farmasi yang ada di Indonesia dan dari jumlah tersebut 2884 apoteker dihasilkan dalam kurun waktu 10 tahun antara 1979 sampai 1988. Dari jumlah yang dapat ditelusuri (4217 apoteker), 7,8% bekerja di Farmasi Rumah Sakit 3,1% di Farmasi Militer, 58,1 % di Apotik (sebagian besar kerja rangkap), 1,5% di PBF, 17,2% di Pabrik Obat/ Jamu, 28,1% di Administrasi Pemerintah, 14,9% di Pendidikan, 0,8% di Penelitian dan 0,8% di tempat lain-lain.
Penyebaran apoteker 73% di Pulau Jawa, 6% di Sumatera Utara, 3,7% di Sulawesi Selatan, 2,7% di Sumatera Barat, dan 14,6% menyebar di 19 propinsi lainnya. Jenis ilmu yang masih diperlukan apoteker dalam pekerjaannya, kecuali spesialite alat kesehatan/laboratorium, sebagian besar sudah diberikan di Perguruan Tinggi Farmasi, hanya materi/jam/SKS-nya yang mungkin masih perlu diperluas.
Item Type: | Monograph (Project Report) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Tenaga Farmasi |
Subjects: | QS-QZ Preclinical sciences (NLM Classification) > QV Pharmacology > QV 1-57 Reference Works. General Works |
Divisions: | Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan > Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi |
Depositing User: | K A |
Date Deposited: | 13 Jul 2025 20:15 |
Last Modified: | 13 Jul 2025 20:15 |
URI: | https://repository.badankebijakan.kemkes.go.id/id/eprint/4045 |