REPOSITORI BADAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
Pendek (Stunting) di Indonesia, Masalah dan Solusinya
Trihono, Trihono and Atmarita, Atmarita and Tjandrarini, Dwi Hapsari and Irawati, Anies and Nurlinawati, Iin and Utami, Nur Handayani and Tejayanti, Teti (2015) Pendek (Stunting) di Indonesia, Masalah dan Solusinya. Lembaga Penerbit Badan Litbangkes, Jakarta. ISBN 978-602-1099-61-2
Preview |
Text
Pendek (Stunting) di Indonesia.pdf Download (9MB) | Preview |
Abstract
Latar belakang: Gagal tumbuh pada anak-anak di Indonesia sudah berdampak pada semakin meningkatnya penyakit tidak menular pada usia dewasa. Kajian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran utuh kecenderungan dan permasalahan pendek di Indonesia dan strategi penanggulangannya agar kejadian penyakit tidak menular pada usia dewasa dapat dicegah.
Metode: Kajian ini menggunakan metode literatur review dan analisis korelasi data sekunder. Sumber data yaitu SKRT (2001, 2004), Riskesdas (2007/08, 2010 dan 2013), Susenas (2007, 2012), Studi Kohor Tumbuh Kembang Anak (2010 sampai sekarang), SDT (Studi Diet Total) tahun 2014; Studi IPKM 2013; Disertasi para doktor Indonesia sampai tahun 2015, dan literatur lainnya.
Hasil: Tidak terjadi perbaikan prevalensi pendek pada balita tingkat nasional yang berlanjut pada anak usia sekolah. Prevalensi terakhir tahun 2013 sebesar 37,2% (pada balita), pada anak usia sekolah 31,7%. Bayi lahir dengan panjang badan pendek pada tahun 2013 tercatat 20,2% yang berdampak pada jumlah balita pendek sebanyak 8,9 juta dan pendek pada anak usia sekolah (5-18 tahun) 20,8 juta. Determinan pendek ditemui pada berat badan waktu lahir<2500 gram dan panjang badan lahir <48 cm. Kelompok ibu dengan tinggi badan <150 cm cenderung melahirkan bayi pendek (47,2%) dibandingkan kelompok ibu dengan tinggi normal (36,0%), kelompok ibu yang menikah di usia<19 tahun, memiliki proporsi anak pendek (37%), dibanding kelompok ibu yang menikah usia 20-34 tahun (31,9%). Analisis korelasi data agregat kabupaten/kota yang dihasilkan dari IPKM 2013 menunjukkan bahwa status gizi pendek pada balita dan anak usia sekolah, dipengaruhi oleh faktor kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan, perilaku penduduk, kesehatan reproduksi, status ekonomi dan status pendidikan.
Kesimpulan: Perlu diakukan perbaikan kualitas dan peningkatan layanan program spesifik terkait dengan layanan sektor kesehatan, seperti pemberian makanan tambahan tinggi kalori, protein dan mikronutrien untuk ibu hamil, kualitas pelayanan kesehatan maternal dan anak, promosi kesehatan terkait merokok, dan cuci tangan, pemberian ASI eksklusif dan MP ASI, perbaikan UKS, kesehatan reproduksi dan layanan KB. Dari lintas sektor diperlukan upaya pendidikan wajib belajar 12 tahun, revisi UU perkawinan, perbaikan lingkungan dan pengentasan kemiskinan.
Item Type: | Book |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | pendek; kesehatan anak; intervensi pendek |
Subjects: | W Medicine and related subjects (NLM Classification) > WE Musculoskeletal System > WE 200-259 Bones |
Divisions: | Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan > Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan |
Depositing User: | S A |
Date Deposited: | 24 Sep 2019 08:39 |
Last Modified: | 24 Sep 2019 08:57 |
URI: | https://repository.badankebijakan.kemkes.go.id/id/eprint/3512 |
Actions (login required)
View Item |