Ipa, Mara Laporan Penelitian: Pemberdayaan Kader Dalam Pengawasan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis di Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat. Technical Report. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan.
Laporan_Akhir_MaraIpa_Loka Ciamis_Kuningan.pdf
Download (2MB) | Preview
Abstract
Filariasis tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat yang luas di Indonesia, dengan laporan tahunan yang terus meningkat di berbagai provinsi, termasuk daerah endemik tinggi seperti Kabupaten Kuningan di Jawa Barat. Pada tahun 2015, Kuningan melaksanakan Pengobatan Massal (POPM) filariasis putaran pertama, dengan target cakupan minimal 65% dari total penduduk dan 85% dari populasi sasaran. Namun, cakupan POPM nasional (2005–2009) hanya berkisar 28%–59,48%, jauh di bawah target. POPM putaran pertama Kuningan mencapai 76,3% (total penduduk) dan 85,4% (populasi sasaran), tetapi hampir separuh dari 37 kecamatannya gagal memenuhi target pengobatan. Penelitian ini menggunakan desain quasi-experimental dengan pendekatan mixed-methods (Maret–Juni 2016) di Kuningan, membandingkan kelompok intervensi (kader kesehatan di Puskesmas Cibeureum yang dilatih dengan leaflet, buku saku, dan penyegaran) dengan kelompok kontrol (kader di Puskesmas Cibingbin yang hanya menerima buku saku dan penyegaran). Dampak intervensi diukur menggunakan model empat level Kirkpatrick: (1) Sikap (pre/post-test), (2) Pengetahuan (penularan/pencegahan filariasis), (3) Perilaku (wawancara kualitatif dengan atasan, rekan, dan tokoh masyarakat), dan (4) Dampak Perilaku (perubahan cakupan POPM). Hasilnya menunjukkan peningkatan signifikan: cakupan POPM Cibeureum naik dari 57,15% menjadi 70,85% (total penduduk) dan 64,49% menjadi 90,62% (sasaran), sedangkan Cibingbin (kontrol) meningkat dari 76,34% menjadi 87,21% dan 80,08% menjadi 89,77%. Sebelum intervensi, 62,5% kader Cibeureum memiliki pengetahuan memadai, dan 71,875% bersikap positif, tetapi 56,25% praktiknya kurang baik. Kader Cibingbin lebih rendah dalam pengetahuan (56,25% "kurang") tetapi lebih tinggi dalam sikap/praktik (71,875% dan 56,25% "baik"). Analisis perilaku mengungkap kekurangan dalam pemantauan pasca-POPM tetapi menonjolkan keunggulan seperti deteksi kasus (Cibeureum) dan partisipasi program (Cibingbin). Penelitian ini menekankan perlunya pelatihan spesifik—terutama pemantauan efek samping obat dan seleksi sasaran—untuk meningkatkan kepatuhan dan cakupan POPM.
Item Type: | Monograph (Technical Report) |
---|---|
Subjects: | W Medicine and related subjects (NLM Classification) > WC Communicable Diseases > WC 680-950 Tropical and Parasitic Diseases |
Divisions: | Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan > Loka Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumbar Binatang (P2B2) Ciamis |
Depositing User: | Widawati Mutiara |
Date Deposited: | 24 May 2025 19:28 |
Last Modified: | 24 May 2025 19:31 |
URI: | https://repository.badankebijakan.kemkes.go.id/id/eprint/3238 |