Wirasmi, Sundari and Bunga, Anggita and Syachroni, Syachroni (2016) Pola Pengobatan pada Pasien Balita Penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Beberapa Rumah Sakit di Kota Bogor. (Risbinkes). Technical Report. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan, Jakarta.
LAPORAN Risbinkes an Sundari Puslitbang SDYankes.pdf
Download (480kB) | Preview
Abstract
Penggunaan obat yang tidak tepat, tidak efektif, tidak aman, dan juga tidak ekonomis atau yang lebih popular dengan istilah tidak rasional, saat ini telah menjadi masalah tersendiri dalam pelayanan kesehatan, baik di negara maju maupun negara berkembang. Masalah ini dijumpai di unit-unit pelayanan kesehatan, misalnya di rumah sakit, puskesmas, praktek pribadi, maupun di masyarakat luas. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pola pengobatan pada pasien balita penderita ISPA. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif dengan rancangan studi potong lintang dengan mengumpulkan datarekam medis pasien balita penderita ISPA Tahun 2015 di 2 RS di Kota Bogor. Total dari kedua rumah sakit tersebut didapatkan 105 rekam medik dengan kriteria pasien saluran napas akut lebih sering ditemukan pada pasien laki-laki, paling banyak adalah pasien dengan status gizi baik. Penanganan pasien balita ISPA didominasi oleh dokter spesialis anak. Pola pengobatan ISPA rawat jalan di RS PMI paling banyak adalah mukolitik
(81,3%), dekongestan (56,3%) dan antipiretik (43,8%). Sementara itu di RS Salak paling banyak menggunakan antibiotik (75%), diikuti antipiretik (50%) dan mukolitik (50%).
Namun pada kedua rumah sakit terdapat pasien yang tidak semestinya mendapatkan antibiotik cefixime golongan sefalosporin generasi ketiga dengan keluhan batuk.
Penggunaan antibiotik perlu memperhatikan SOP khususnya pada balita dan anak agar tidak terjadi resistensi. Pola pengobatan ISPA rawat inap meliputi antibiotik (85,2% di RS
PMI dan 92,1% di RS Salak), antipiretik (63% di RS PMI dan 89,5% di RS Salak),kortikosteroid (33,3% di RS PMI dan 31,6% di RS Salak) dan mukolitik (25,9% di RSPMI dan 71,1% di RS Salak) di kedua rumah sakit. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengobatan di rawat jalan tidak dapat ditelusuri alasannya karena informasi klinis dan hasil
pemeriksaan laboratorium seperti mikrobiologi, serologi dan penunjang lainnya tidak ada pada rekam medik. Sementara itu, pada instalasi rawat inap berdasarkan uji statistik nilai
leukosit (p = 0,921 di RS PMI dan p = 0,173 di RS Salak) dan suhu tubuh (di RS PMI nilai p = 0,308 dan nilai p = 0,943 di RS Salak) tidak mempengaruhi proporsi pengobatan antibiotik .
Kata Kunci : infeksi saluran pernapasan akut, pengobatan, antibiotik, balita
Item Type: | Monograph (Technical Report) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | infant, respiratory tract infections, patients |
Subjects: | W Medicine and related subjects (NLM Classification) > WS Pediatrics > WS 113-141 Child Care. Nutrition. Physical Examination |
Divisions: | Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan > Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan |
Depositing User: | Arga Yudhistira |
Date Deposited: | 28 May 2025 03:43 |
Last Modified: | 28 May 2025 03:43 |
URI: | https://repository.badankebijakan.kemkes.go.id/id/eprint/3148 |