Ramadhan, Raisuli and Fitria, Eka (2016) Analisis Keakuratan Pemeriksaan Mikroskopis BTA Pada Penderita TB Aktif di Bandingkan Dengan Metode PCR di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2016. [Experiment] (Submitted)
LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES Bogor (Ray) 21 - 25 Nov 2016.pdf
Download (3MB) | Preview
Abstract
Guna pemberantasan penyakit TBC, diagnosis dan deteksi Mycobacterium tuberculosis menjadi amat penting. Deteksi Mycobacterium tuberculosis paru pada sputum dapat dilakukan dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR) dan pemeriksaan mikroskopis. Salah satu faktor yang menghambat program pemberantasan penyakit tuberkulosis paru dipusat pelayanan kesehatan adalah belum tersedianya alat diagnosis TB paru yang sensitif seperti PCR yang dapat mendeteksi kuman. Mycobacterium tuberculosis dalam sputum walaupun hanya terdapat satu kuman..Untuk memutuskan rantai penularan TB dibutuhkan diagnosis cepat dan tepat sehingga pengobatannya tepat.. PCR (Polymerase Chain Reaction) adalah suatu metode pemeriksaan yang prinsip kerjanya memperbanyak (amplification) DNA invitro secara enzimatis. Tehnik PCR telah dikembangkan untuk diagnosis berbagai penyakit infeksi, seperti Hepatitis, HIV, Human Papillomavirus., dan untuk mendeteksi M. tuberculosis.
Tujuan dari penelitian ini adalah Menganalisis Keakuratan Pemeriksaan Mikroskopis BTA Pada Penderita TB Aktif di Bandingkan Dengan Metode PCR. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi program pengobatan TB Paru di Kabupaten Aceh Besar terutama sebagai informasi tentang keakuratan diagnosis dan kemungkinan penggunaan PCR sebagai alat diagnosis.
Sebanyak 49sampel sputum penderita tuberculosis diambil dari 3 Puskesmas PRM di Kabupaten Aceh Besar yang sudah menjalani pengobatan 2 sampai dengan 6 bulan, diperiksa menggunakan 2 jenis pemeriksaan yaitu : mikroskopis bakteri tahan asam {BTA) dan uji PCR. Keakuratan diagnosis ditentukan dengan menghitung nilai positif dan negatif, akurasi dari masing• masing hasil diagnosis (mikroskopis BTA dan PCR).
Nilai positif dan negatif mikroskopis BTA adalah positif 6,1% dan negatif 93,9%, sedangkan nilai positif dan negatif pada uji PCR adalah positif 59,2% dan negatif 40,8%
Sebagai perangkat diagnosis TB paru, PCR lebih akurat dapat membedakan penderita TB paru dan bukan penderita TB paru, akan tetapi kurang reliabel dibanding hasil pemeriksaan mikroskopis BTA.
Item Type: | Experiment |
---|---|
Subjects: | R Medicine > RM Therapeutics. Pharmacology |
Divisions: | Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan > Loka Penelitian dan Pengembangan Biomedis Aceh |
Depositing User: | Staf Litbangkes |
Date Deposited: | 28 May 2025 03:42 |
Last Modified: | 28 May 2025 03:42 |
URI: | https://repository.badankebijakan.kemkes.go.id/id/eprint/2990 |