REPOSITORI BADAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
Perilaku Merokok
Maria Sirait, Anna (2002) Perilaku Merokok. Project Report. Pusat Penelitian dan Pengembangann Penyakit Tidak Menular.
Full text not available from this repository.Abstract
Merokok merupakan masalah kesehatan masyarakat karena dapat menimbulkan berbagai penyakit bahkan kematian. Prevalensi perokok semakin lama semakin meningkat terutama pada perokok laki-laki. Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui permasalahan perokok di Indonesia. Sampel adalah semua responden yang berumur 10 tahun atau lebih baik laki-laki maupun perempuan dari 27 propinsi di Indonesia. Data dari sampel ini telah dipertimbangkan dengan inflation factor, sehingga hasil analisis merupakan perkiraan pada populasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa prevalensi perokok secara nasional sekitar 27,7%. Prevalensi perokok ini khususnya pada laki-laki mengalami kenaikan dibanding tahun 1995 dari 51,2% menjadi 54,5%. Sedang pada perempuan sedikit menurun yaitu 2% pada tahun 1995 menjadi 1,2% tahun 2001. Prevalensi mantan perokok relatif kecil baik secara keseluruhan (2,8%) maupun pada laki-laki atau perempuan (5,3% pada laki-laki dan 0,3% pada perempuan). Prevalensi perokok ini berbanding terbalik dengan tingkat pendidikan. Pada laki-laki yang berpendidikan SD ke bawah sekitar 74,8%, SLTP 70,9%, SMU 61,5% dan akademi/perguruan tinggi 44,2%. Di daerah perdesaan lebih banyak dibanding di perkotaan. Untuk itu promosi pendidikan kesehatan harus disesuaikan dengan budaya masyarakat setempat dengan memakai media yang ada. Umur mulai merokok kurang dari 20 tahun cenderung meningkat dan lebih dari separuh perokok mengkonsumsi > 10 batang per hari, bahkan yang berumur 10-14 tahun pun sudah didapat sebesar 30,5% yang mengkonsumsi >10 batang per hari di antaranya 2,6% yang mengkonsumsi > 20 batang per hari. Hal ini dapat menjadi bom waktu pada 25 tahun yang akan datang, mengingat timbulnya penyakit seperti kanker berhubungan dengan lamanya merokok dan banyaknya rokok yang dikonsumsi. Dengan tingginya prevalensi perokok ini serta lebih dari 90% merokok dalam rumah menyebabkan banyak orang yang menjadi perokok pasif (terpaksa menghirup asap rokok sekalipun mereka tidak merokok). Untuk itu perlu ada larangan yang keras merokok di tempat-tempat umum seperti sekolah, transportasi umum, swalayan termasuk larangan merokok dalam rumah bila sedang berada dengan anggota rumah tangga yang lain. Sekitar 28,3% perokok berasal dari status ekonomi kurang dan rata-rata pengeluaran rumah tangga dari status ekonomi kurang ini untuk pembelian tembakau dan sirih berkisar antara 15%-16%. Seharusnya pengeluaran tersebut lebih bermakna dibelanjakan untuk makanan yang bergizi bagi keluarganya. Meskipun pemasukan pemerintah dari cukai rokok tinggi, namun dana tersebut belum menyentuh sektor kesehatan khususnya pendidikan dampak merokok terhadap kesehatan di masyarakat. Untuk itu perlu pengalokasian dana secara rutin setiap tahun yang diambil dari cukai rokok untuk penyuluhan kesehatan khususnya pendidikan dampak merokok terhadap kesehatan.
Item Type: | Monograph (Project Report) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | SMOKING; merokok; P5-BPPK |
Subjects: | W Medicine and related subjects (NLM Classification) > WM Psychiatry > WM 270-290 Substance-Related Disorders |
Divisions: | Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan > Pusat Penelitian dan Pengembangan Penyakit Tidak Menular |
Depositing User: | Administrator Eprints |
Date Deposited: | 02 Oct 2017 05:26 |
Last Modified: | 15 Nov 2017 06:49 |
URI: | https://repository.badankebijakan.kemkes.go.id/id/eprint/246 |
Actions (login required)
View Item |