REPOSITORI BADAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN

Penelitian Pengaruh Adanya 'Pengawas Menelan Obat' (PMO) terhadap Keberhasilan Pengobatan Kasus Baru Tuberkulosis Paru (TB Paru) di Beberapa Puskesmas di DKI Jakarta

Gitawati, Retno (1998) Penelitian Pengaruh Adanya 'Pengawas Menelan Obat' (PMO) terhadap Keberhasilan Pengobatan Kasus Baru Tuberkulosis Paru (TB Paru) di Beberapa Puskesmas di DKI Jakarta. Project Report. Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi.

[thumbnail of streets-landscape-mountains-nature.jpg]
Preview
Image
streets-landscape-mountains-nature.jpg

Download (1MB) | Preview

Abstract

Studi operasional pemanfaatan 'pengawas menelan obat' (PMO) dalam pengobatan penyakit TB paru telah dilakukan, dengan tujuan mengungkapkan manfaat peran PMO dalam upaya meningkatkan keberhasilan terapi. Studi dilakukan secara prospektif mengikuti terapi penderita TB paru sejak awal sampai dengan akhir terapi (6 bulan), di 4 puskesmas wilayah Jakarta Timur dan Pusat. Subyek penelitian adalah 60 penderita TB paru (kasus baru) yang berobat ke puskesmas (temuan kasus secara pasif), memenuhi kriteria inklusi dan menyatakan bersedia menjadi subyek dengan menandatangani informed consent. Sejumlah 30 subyek ditangani dengan pendekatan strategi DOTS (dengan PMO), dan 30 kasus lainnya tanpa mengikutsertakan PMO. Setiap kasus mendapatkan paket Obat Anti Tuberkulosis (OAT) kategori-I, dan dilakukan uji BTA sputum dan uji mikrobiologik sputum(kultur dan uji sensitivitas/resistensi kuman TB paru terhadap OAT). Uji dilakukan pada awal (sebelum) terapi, selama dan pasca pengobatan. Selama perjalanan terapi dihitung angka konversi bulan ke-2, angka drop out, dan angka kesembuhan pada akhir terapi. Dari hasil studi diperoleh angka konversi sebesar 93.3% (kasus dengan PMO) dan 96.7% (tanpa PMO) dan angka kesembuhan tercatat sebesar 89,3% dan 89,7% masing-masing untuk kasus dengan dan tanpa PMO. Angka-angka ini lebih baik daripada indikator keberhasilan DOTS. etapi, angka drop out tercatat 6.7% (kasus dengan PMO) dan 10.0% (kasus tanpa PMO), lebih tinggi dari indikator keberhasilan DOTS: < 5%. Terungkap sejumlah 3 kasus gagal terapi OAT kategori-I karena resisten ganda, dan satu kasus meninggal dunia. Tidak ada perbedaan bermakna dalam hal angka konversi, drop out, dan angka kesembuhan antara kedua kelompok kasus, kemungkinan karena faktor peran tenaga kesehatan di setting penelitian (puskesmas) yang bersangkutan yang lebih pro-aktif, implementasi 'strategi baru' progran TB paru (DOTS) di puskesmas yang sudah lebih baik dibandingkan sebelumnya (penelitian tahun 1996/1997) serta adanya peran intervensi kunjungan supervisi peneliti. Sementara peran PMO sendiri sebagai pengawas pada studi ini tampaknya belum terlihat maksimal.

Item Type: Monograph (Project Report)
Uncontrolled Keywords: DRUGS; TUBERCULOSIS, PULMONARY; TB paru; DOTS; pengawas menelan obat (PMO); Abstrak Penelitian Kesehatan
Subjects: W Medicine and related subjects (NLM Classification) > WF Respiratory System > WF 140-900 Diseases of the Respiratory System
Divisions: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan > Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi
Depositing User: Administrator Eprints
Date Deposited: 02 Oct 2017 05:26
Last Modified: 16 Nov 2017 05:45
URI: https://repository.badankebijakan.kemkes.go.id/id/eprint/242

Actions (login required)

View Item View Item