REPOSITORI BADAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
Pengembangan Foodcluster Indonesia dan Hubungannya dengan Pola Penyakit Degeneratif
Soetrisno, Uken S.S. (2009) Pengembangan Foodcluster Indonesia dan Hubungannya dengan Pola Penyakit Degeneratif. Project Report. Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan.
Full text not available from this repository.Abstract
Faktor ketidak seimbangan konsumsi makanan dalam hal jumlah dan jenisnya dapat menyebabkan empat penyakit utama yaitu: diabetes melitus, kanker, penyakit kardiovaskuler dan penyakit respirasi. Sedangkan overweight dan obesitas yang disebabkan oleh kelebihan asupan energi dapat memicu penyakit degeneratif seperti: penyakit jantung koroner, diabetes melitus tipe 2, hipertensi dan dislipidemia. Penyakit-penyakit ini mengganggu kesehatan, memperpendek harapan hidup, menyebabkan penderitaan, kecacatan dan juga merupakan beban ekonomi yang sangat berat bagi keluarga maupun negara (burden diseas~ syndrome). Metoda: Jumlah propinsi yang disertakan ada 31 propinsi, yang diperoleh dari manajer data badan Litbang Kesehatan, Jakarta. Pengolahan dan analisis data terhadap persen populasi yang mengonsumsi setiap jenis makanan, serta kejadian penyakit degeneratif di setiap propinsi dilakukan di Puslitbang Gizi dan Makanan, Bogor. Jenis makanan dirinci mengikuti golongan makanan yang ada di DKBM, dipilah lebih spesifik. Klaster wilayah berdasarkan niakanan (Food cluster) berasal dari data 16 kelompok makanan, yaitu: beras; non beras; urnbi-umbian/olahan; ikan/ olahan; daging/olahan; telur/olahan; susu/ olahan; kacang-kacangan; olahan kacang-kacangan; sayuran buah/bunga/polong-polongan; sayuran daun/umbi; buah-buahcm: minyak/margarin; santan/kelapa; gula/sirup/madu/jam/jelli; sambal/saus. Jenis makanan yang dijadikan dasar untuk analisis klaster diambil hanya yang datanya memang diminta dikumpulkan selama Riskesdas 2007. Janis makanan seperti garam, meskipun diduga berhubungan erat dengan kejadian penyakit, tetapi pengumpulan datanya tidak diwajibkan maka tidak disertakan dalam analisis. Analisis klaster dilakukan menggunakan Program SPSS dengan Twosteps Cluster untuk memilah 31 propinsi menjadi 4 klaster wilayah makanan di Indonesia. Klaster yang dihasilkan adalah: Klaster I terdiri dari NAD, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Jambi, Lampung, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, dan Gorontalo; Klaster II terdiri dari Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Banten, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur; Klaster III terdiri dari Jawa Sarat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, dan Bali.; Klaster IV terdiri dari NTT, NTB, Papua, dan Papua Sarat. Analisis statlStik menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara Iduster makanan dengan penyakit sendi dan hipertensi. Sementara hasH analisis statistik tidak menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap penyakit stroke, penyakit jantung, diabetes mellitus dan tumor. Prevalensi penyakit sendi pada propinsi di kluster III dan IV lebih tinggi dibandingkan dengan propinsi di kluster I dan II. Prevalensi penyakit sendi di atas prevalensi nasional, sebagian besar (70%) berada pada propinsi di klaster III dan IV. Prevalensi penyakit hipertensi pada propinsi di Klaster II, III dan IV lebih tinggi dibandingkan dengan propinsi di Klaster I. Rata-rata prevalensi penyakit tumor atau kanker (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan) pada propinsi di kluster III paling tinggi dibanding kluster lainnya (6.65 ± 2.04). Sementara semua propinsi di kluster IV memiliki prevalensi tumor atau kanker di bawah prevalensi nasional. Wilayah Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 4 Klaster berdasarkan pola makanan (Food cluster). Klaster makanan mempunyai hubungan yang signifikan dengan penyakit sendi, hipertensi dan tumor serta tidak signifikan terhadap penyakit stroke, jantung, diabetes mellitus dan tumor. Prevalensi penyakit sendi pada propinsi di kluster III dan IV lebih tinggi dibandingkan dengan propinsi di kluster I dan II. Prevalensi penyakit sendi di atas prevalensi nasional sebagian besar (70%) berada pada propinsi di klaster III dan IV. Prevalensi penyakit hipertensi pada propinsi di kluster IV lebih rendah dibandingkan denganpropinsi di kluster II dan III. Sementara rata-rata prevalensi penyakit tumor atau kanker (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan) pada propinsi di kluster 3 paling tinggi dibanding kluster lainnya. (6.65 ± 2.04). Diharapkan dengan mengetahui perbedaan wilayah, di Indonesia berdasarkan pola konsumsi makanan yang berhubungan dengan penyakit degeneratif di daerah yang bersangkutan, dapat dilakukan pencegahan. penyakit dengan melakukan komunikasi, informasi dan. edukasi tentang gizi dan poJa makan yang lebih baik bagi kesehatan, serta dapat menciptakan teknologi tepat guna untuk melakukan perbaikan mutu makanan sesuai dengan kebutuhan wilayahnya. Foodcluster-08-US 6 iii
Item Type: | Monograph (Project Report) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Food cluster; penyakit degeneratif; konsumsi rumah tangga |
Subjects: | W Medicine and related subjects (NLM Classification) > WA Public Health > WA 670-847 Sanitation. Environmental Control |
Divisions: | Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan > Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan |
Depositing User: | Administrator Eprints |
Date Deposited: | 02 Oct 2017 05:30 |
Last Modified: | 10 Nov 2017 05:32 |
URI: | https://repository.badankebijakan.kemkes.go.id/id/eprint/2074 |
Actions (login required)
View Item |