REPOSITORI BADAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN

Determinan Kejadian Katarak di Indonesia

Tana, Lusianawaty (2009) Determinan Kejadian Katarak di Indonesia. Project Report. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bio Medis dan Farmasi.

Full text not available from this repository.

Abstract

Tujuan penelitian "Determinan Kejadian Katarak di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar , 2007", adalah menentukan determinan kejadian katarak pada masyarakat Indonesia, yang merupakan analisis lanjut data Riskesdas 2007. Metoda : rancangan penelitian adalah studi belah lintang, dengan jumlah 433.411 orang (data gula darah sebesar 12.607 sampel dari perkotaan), merupakan integrasi rancangan sampel RISKESDAS 2007 dengan Susenas 2007, penarikan sampel secara PPS Sampling dg size rumah tangga P4B dan secara systematic pada blok sensus terpilih. Kriteria adalah berusia 30 tabun ke atas, data tidak ekstrim dan lengkap. Data dari hasil wawancara tim pengumpul data Riskesdas 2007 yang menggunakan kuesioner RKD07RT, RKD07gizi, dan RKD07 individu. Diagnosis katarak berdasarkan jawaban pertanyaan telah didiagnosis katarak oleh tenaga kesehatan dalam 1 tahun terakhir dan gejala katarak.Hasil: Detetminan yang paling berperan terhadap kejadian katarak di Indonesia pada usia 30 tahoo ke atas adalah umur (OR 2,14-15), diikuti glaukoma (OR 3,02 95%CI 2,63-3,46), diabetes mellitus (OR 2,08 95%CI 1,92-2,25), pekerjaan utama (OR 1,15.-1,8), minum minuman beralkohol (OR 1,47 95%CI 1,37-1,58), pendidikan (OR 1,4 95%CI 1,34-1,46), jenis kelamin perempuan (OR 1,33 95%CI 1,27-1,39), tipe daerah tempat tinggal (OR 1,31 95%Cll,25-1,37), dan IMT kategori kurus (OR 1,24 95%CI 1,19-1,29), merokok (OR 1',21 95%CI 1,16-1,26), konsumsi buah-buahan/sayuran (OR 1,20 95%CI 1,13-1,28), tingkat pengeluaran per kapita rumah tangga per bulan (OR 1,01-1,(9), dan rata-rata konsumsi vitamin A per hari (OR 1,07 95%CI 1,03-1,11),. Dibandingkan dengan kelompok usia 30-34 tahun risiko kejadian katarak umur 35-44 tahun meningkat 2,14 kali, umur 45-54 tahun meningkat 4,42 kali, umur 55-64 tahun meningkat 7,31 kali, umur 65-74 tahun meningkat 11,3 kali, dan umur 75 tahun ke atas meningkat 15 kali. Dibandingkan dengan pekerjaan utama sebagai pegawai, maka risiko kejadian katarak pada yang tidak bekerja meningkat 1,8 kali, ibu RT meningkat 1,4 kali, sekolah meningkat 1,3 kali, petani/nelayan/ buruh meningkat 1,2 kali, wiraswasta meningkat 1,15 kali, dan pekerjaan lainnya meningkat 1,4 kali. Dibandingkan IMT kategori normal, katarak pada kategori kurus meningkat 1,24 kali, sedangkan pada berat badan lebih menurun 0,95 kali. Dibandingkan dengan tingkat pengeluaran per kapita RT kuintil 5 (paling tinggi), katarak pada kuintill ,2, dan 3 meningkat 1,1 kali. Diabetes mellitus yang ditentukan dari pemeriksaan darah di perkotaan berhubungan dengan peningkatan kejadian katarak. Kesimpulan: Intervensi berupa penyuluhan diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku yang baik agar dapat menurunkan perilaku merokok, minum alkohol,meningkatkan nutrisi agar dicapai berat badan ideal, dan meningkatkan kebiasaan konsumsi buah dan sayuran serta vitamin A untuk menurunkan atau memperlambat kejadian katarak. Intervensi yang dapat meningkatkan tingkat ekonomi keluarga diperlukan untuk meningkatkan asupan gizi dalam rangka menurunkan katarak. Berbagai usaha yang bertujuan untuk dapat mengontrol penyakit diabetes mellitus dan glaukoma baik dengan diet maupun dengan obat-obatan sangat penting dilakukan agar dapat menurunkan atau memperlambat kejadian katarak.

Item Type: Monograph (Project Report)
Uncontrolled Keywords: katarak; riskesdas; determinan
Subjects: W Medicine and related subjects (NLM Classification) > WW Ophthalmology > WW 101-290 Eye
Divisions: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan > Pusat Penelitian dan Pengembangan Bio Medis dan Farmasi
Depositing User: Administrator Eprints
Date Deposited: 02 Oct 2017 05:30
Last Modified: 09 Nov 2017 03:51
URI: https://repository.badankebijakan.kemkes.go.id/id/eprint/2066

Actions (login required)

View Item View Item