REPOSITORI BADAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN

Pola Pengobatan Diare, ISPA, dan Pneumonia di Indonesia

Djaja,, Sarimawar (1999) Pola Pengobatan Diare, ISPA, dan Pneumonia di Indonesia. Project Report. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Full text not available from this repository.

Abstract

Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 1998 mengidentifikasi informasi kesehatan diantaranya adalah tindakan pengobatan, jenis dan tempat membeli obat terhadap penyakit diare, ISPA dan pnemonia dalam satu bulan terakhir yang dialami oleh bayi dan anak balita. Sesuai dengan konsep paradigma baru dalam kesehatan dengan prioritas pada usaha promotif dan preventif, Susenas 1998 dapat memberikan masukkan bagi program penyuluhan kesehatan masyarakat dalam mencegah kematian, dan bagi program pengawasan obat untuk mencegah pemakaian obat yang tidak tepat. Dari ketiga penyakit, gejala pnemonia lebih mendorong ibu untuk membawa berobat anaknya ke tenaga kesehatan (nakes) dibandingkan dengan ISPA dan diare (70 % vs 66 % dan 67 %). Pilihan berobat untuk ke 3 penyakit mempunyai pola yang sama, yaitu pilihan terbanyak pada Puskesmas (29 %), pilihan kedua pada petugas kesehatan praktek (15-18 %) dan dokter praktek (12-18 %). Peran Puskesmas dan petugas kesehatan praktek lebih banyak di pedesaan dan di luar Jawa-Bali, sedangkan peran dokter praktek lebih banyak di perkotaan dan di Jawa-Bali. Untuk pengobatan sendiri, pilihan terbanyak pada obat modern (79-90 %), kemudian obat tradisonal 14-26 %. Warung merupakan sarana terbanyak menjual obat modern (47-54 %), terutama obat ISPA. Peran pedagang keliling dalam penjualan obat modern mencapai 11 %. Pembelian obat di apotik mencapai 30 %, terbanyak obat batuk dan sesak napas, sedangkan pembelian di toko obat mencapai 21-23 % terbanyak obat diare dan ISPA. Pemakaian obat modern lebih banyak di perkotaan, di daerah tidak tertinggal, di Jawa-Bali sedangkan obat tradional lebih banyak di pedesaan, di daerah tertinggal dan di luar Jawa-Bali. Ibu dengan pendidikan lebih tinggi lebih memilih dokter jika berobat atau jika ia mengobati sendiri anaknya akan lebih memilih obat modern dibandingkan ibu dengan pendidikan yang lebih rendah yang lebih suka ke Puskesmas atau ke praktek petugas kesehatan serta menggunakan obat tradional jika mengobati sendiri anaknya. Warung dan toko obat dipertimbangkan sebagai mitra kesehatan yang membantu memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat untuk melakukan konsultasi dengan dokter jika belum sembuh setelah diobati sendiri dengan obat modern atau obat tradisional selama 3 hari, dan sebagai sarana promotif dalam menyampaikan pesan-pesan yang bersifat preventif terhadap penyakit diare, ispa dan pnemonia pada balita. Unit Pengawasan obat diharapkan lebih serius memeriksa macam dan jenis obat yang digunakan di poliklinik maupun yang beredar di pasar bebas, agar terhindar dari bahaya beredarnya obat terlarang, obat palsu, obat kadaluarsa.

Item Type: Monograph (Project Report)
Uncontrolled Keywords: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 1998; obat tradional; penyakit diare; ISPA; P5DBase
Subjects: QS-QZ Preclinical sciences (NLM Classification) > QZ Pathology > QZ 140-190 Manifestations of Disease
Divisions: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan > Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Depositing User: Administrator Eprints
Date Deposited: 02 Oct 2017 05:30
Last Modified: 16 May 2023 07:38
URI: https://repository.badankebijakan.kemkes.go.id/id/eprint/1862

Actions (login required)

View Item View Item