REPOSITORI BADAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
Penelitian Pengobatan Penderita TB Paru dengan Memberdayakan Tenaga Anggota Keluarga di Kabupaten Tanggerang
Bambang, Sukana (2000) Penelitian Pengobatan Penderita TB Paru dengan Memberdayakan Tenaga Anggota Keluarga di Kabupaten Tanggerang. Project Report. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan.
Full text not available from this repository.Abstract
Penyakit tuberkulosis (TB Paru) sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, dimana angka kematian dari penyakit ini telah terjadi peningkatan dari tahun 1980, 1986, 1992 berturut–turut 8,4%, 8,6% dan 9,9 % dari seluruh kemtian. Hasil SKRT tahun 1995 menunjukan bahwa TB Paru merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah penyakit kardiovaskular dan penyakit saluran pernafasan pada semua golongan usia dan nomor 1 dari golongan infeksi. Dalam rangka menunjang keberhasilan pelaksanaan program TB Paru, pada tahun 1995 program telah melakukan strategi DOTS (Directly Observaed Treatment Shortcourse = Pengawasan Langsung Menelan Obat Jangka Pendek). Keberhasilan pengobatan sangat ditentukan oleh adanya keteraturan minum obat anti tuberkulosis yang diawasi oleh tenaga Pengawas Menelan Obat (PMO). Untuk mengetahui seberapa jauh manfaat tenaga PMO dari anggota keluarga, telah dilakukan Studi Operasional yang bersifat kohor prospektif penggunaan tenaga PMO dari anggota keluarga dalam upaya pengobatan penyakit TB Paru. Studi dilakukan secara prospektif mengikuti terapi penderita TB Paru sejak awal sampai akhir terapi (6 bulan), di 5 puskesmas kecamatan wilayah Daerah Tingkat II Kabupaten Tanggerang. Subjek penelitian adalah 84 penderita TB Paru (kasus baru) yang berobat ke puskesmas (temuan kasus secara pasif), memenuhi kriteria inklusi dan menyatakan bersedia menjadi subjek. Sejumlah 40 kasus ditangani tanpa pemanfaatan tenaga PMO dan 44 kasus ditangani dengan pemanfaatan tenaga PMO dari anggota keluarga. Semua kasus diberi paket obat anti tuberkulosis (OAT) katagori 1, dan dilakukan uji mikroskopik (uji BTA) sputum. Uji dilakukan pada awal terapi, 2 bulan, 5 bulan dan 6 bulan setelah terapi. Dari hasil studi diperoleh angka ketaatan minum obat penderita dengan memberdayakan tenaga anggota keluarga lebih baik/berbeda bermakna, dibandingkan dengan tanpa pemanfaatan anggota keluarga sebagai tenaga PMO. Angka konversi BTA negatif setelah terapi intensif (2 bulan) adalah 81, 8% dan 62,5% untuk kasus dengan PMO dari anggota keluarga dan tanpa tenaga PMO, sedangkan angka konversi BTA negatif akhir terapi adalah masing-masing 100%. Angka konversi dahak penderita setelah terapi intensif antara kedua kelompok berbeda bermakna (p<0,05), sedangkan angka konversi dahak pada akhir terapi antara dua kelompok tidak berbeda bermakna (p>0,05).
Item Type: | Monograph (Project Report) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | tuberkulosis (TB Paru); Directly Observaed Treatment Shortcourse (DOTS); tenaga Pengawas Menelan Obat (PMO) |
Subjects: | W Medicine and related subjects (NLM Classification) > WF Respiratory System > WF 140-900 Diseases of the Respiratory System |
Divisions: | Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan > Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan |
Depositing User: | Administrator Eprints |
Date Deposited: | 02 Oct 2017 05:30 |
Last Modified: | 07 Nov 2017 14:37 |
URI: | https://repository.badankebijakan.kemkes.go.id/id/eprint/1859 |
Actions (login required)
View Item |