REPOSITORI BADAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN

Evaluasi Pengembangan Model Penberantasan Malaria di Daerah Lombok Nusa Tenggara Barat (3)

Sukowati, Supratman (2001) Evaluasi Pengembangan Model Penberantasan Malaria di Daerah Lombok Nusa Tenggara Barat (3). Project Report. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan.

Full text not available from this repository.

Abstract

Penelitian pengembangan model pemberantasan malaria di daerah Lombok, Nusa Tenggara Barat tahap III (tahap evaluasi) telah dilakukan pada tahun 2001. Untuk mengevaluasi penelitian tahap I tahun 1999 dan tahap II tahun 2000 telah dilakukan pengumpulan data primer dan sekunder. Jenis data yang dikumpulkan yaitu : data entomologi, data Pengetahuan Sikap dan Perilaku (PSP) masyarakat tentang malaria, data parasitologi termasuk kasus malaria dengan parameter annual malaria incidence (AMI), observasi lingkungan dan PSP masyarakat termasuk manajemen program malaria dan lintas sektor. Data entomologi antara lain kepadatan vektor, efikasi bednet, aktivitas menggigit vekor dan habitat vektor. Survei parasitologi dilakukan dengan survei malariometric (MS) yaitu pemeriksaan darah tepi penduduk di daerah penelitian. Survei PSP masyarakat/sosial anthropologi dilakukan dengan wawancara terstruktur terhadap masyarakat dan wawancara mendalam terhadap tokoh masyarakat formal dan informal, Pelaksana program malaria dan lintas sektor terkait serta pemilik tambak. Tujuan penelitian adalah untuk menemukan metode pemberantasan malaria di daerah penelitian secara tepat guna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Lombok Barat, AMI pada tahun 1996=43,84; tahun 1997=44,01; tahun 1998=47,24; tahun 1999=42,14, dan tahun 2000=46,21. Pada akhir tahap I dan awal tahap II telah dikembangkan metode pemberantasan malaria yang bersifat terpadu, yaitu dengan melibatkan masyarakat, tokoh masyarakat, lintas program, lintas sektor terkait dengan pada kemitraan. Untuk meningkatkan peran serta masyarakat, TOMA dan lintas sektor dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan melalui penyuluhan. Penyuluhan menggunakan alat peraga berupa poster yang dipasang di tempat-tempat umum dan selebaran/leaflet yang dibagikan ketiap individu di daerah penelitian. Penyuluhan dilakukan secara berjenjang, dengan tatap muka dan ceramah. Untuk mendekatkan pelayanan pengobatan malaria dan meningkatkan cakupan penemuan kasus malaria, beberapa TOMA dan TOGA serta kader kesehatan dilatih secara khusus dalam progam pemberantasan malaria yaitu penemuan penderita dan pengobatan. Para kader tersebut merupakan bagian dari pelayanan terpadu sebagai Pos Obat Desa. Pos Obat Desa mempunyai tugas seperti Juru Malaria Desa (JMD di daerah Jawa), dan juga berperan sebagai penyuluh tentang malaria dan upaya penanggulangannya serta sebagai penggerak peranserta masyarakat dalam pemberantasan vektor dan atau pengendalian habitat vektor. Pos Obat Desa yang diterapkan di daerah penelitian telah diterima oleh masyarakat sebagai tempat bagi masyarakat untuk memeriksakan diri dan keluarga karena gejala malaria dan mendapatkan pengobatan, sehingga Pos Obat Desa sebagai cara tepat untuk meningkatkan cakupan penemuan penderita dan pengobatan malaria di daerah penelitian. Kemitraan dengan TOMA dan TOGA serta pemilik tambak dapat meningkatkan PSP masyarakat terhadap malaria terutama dalam pembersihan habitat vektor malaria yaitu dengan kerja bakti. Namun demikian upaya kemitraan ini memerlukan upaya yang terus menerus, sehingga harus ada kesinambungan program yang didukung oleh kemitraan dari pemerintah daerah dan para stakeholders. Sebagai upaya melindungi masyarakat dari penularan malaria digunakan perlindungan pribadi dengan mengurangi kontak antara manusia dengan vektor, yaitu intervensi pemakaian kelambu berinsektisida. Pemakaian kelambu berinsektisida mampu menurunkan kontak antara vektor dan manusia, sehingga dapat menjadi alat perlindungan bagi masyarakat terhadap penularan malaria. Pemakaian kelambu berinsektisida di daerah penelitian sudah dapat diterima oleh masyarahat, meskipun belum semua anggota keluarga menggunakan kelambu pada waktu tidur secara terus menerus. Masyarakat belum mampu membeli kelambu dengan harga penuh, namun mereka mempunyai kemauan untuk memberikan kontribusi sehingga subsidi oleh pemerintah masih harus diberikan. Hal ini disebabkan oleh kemampuan ekonomi masyarat di daerah malaria relatif kurang dan kelambu berinsektisida belum dapat dibeli secara bebas. Manajemen program pemberantasan malaria masih lemah baik dari segi kualitas sumber daya dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan. Untuk itu manajemen program perlu ditingkatkan secara berkala melalui pelatihan dan penambahan anggaran serta peningkatan kemitraan untuk pemberantasan malaria.

Item Type: Monograph (Project Report)
Uncontrolled Keywords: Malaria; Abstrak Penelitian Kesehatan
Subjects: W Medicine and related subjects (NLM Classification) > WC Communicable Diseases > WC 680-950 Tropical and Parasitic Diseases
Divisions: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan > Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan
Depositing User: Administrator Eprints
Date Deposited: 02 Oct 2017 05:30
Last Modified: 09 Nov 2017 13:13
URI: https://repository.badankebijakan.kemkes.go.id/id/eprint/1834

Actions (login required)

View Item View Item