REPOSITORI BADAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
Evaluasi Model Penanggulangan Penyakit Kusta di Daerah Endemis dengan Pendekatan Sosial Budaya di Banyusangkah Kabupaten Bangkalan
Zalbawi, Sunanti (2000) Evaluasi Model Penanggulangan Penyakit Kusta di Daerah Endemis dengan Pendekatan Sosial Budaya di Banyusangkah Kabupaten Bangkalan. Project Report. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan.
Full text not available from this repository.Abstract
Penyakit kusta di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Sebenarnya penyakit kusta bila ditemukan dalam stadium dini, merupakan penyakit ringan. Pemerintah dalam hal ini Depkes telah bertekad melakukan pemberantasannya secara intensif dan diharapkan pada tahun 2000, prevalensi penyakit kusta dapat diturunkan menjadi lebih kecil dari 1 per 10.000 penduduk. Untuk Indonesia ditargetkan eliminasi penyakit kdusta akan dicapai pada tahun 2005. Propinsi Jawa Timur merupakan propinsi dengan kasusu kusta terbanyak di Indonesia, dan daerah Banyusangkah, Kecamatan Tanjung Bumi merupakan daerah endemis dengan prevalensi tinggi (tahun 1997 prevalensi sebesar 8,7 per 10.000 penduduk). Penelitian mengenai pengembangan model penanggulangan penyakit kusta di daerah endemis dengan pendekatan sosial budaya telah dilakukan di Desa Banyusangkah, Kecamatan Tanjungbumi, Kabupaten Bangkalam selama 2 tahun (1997 – 1999). Sebagai tindak lanjut maka pada tahun ketiga (1999-2000) ini dilaksanakan evaluasi penelitian yang telah dilakukan. Pada tahun pertama untuk mendapatkan data dasar dan pada tahun kedua telah dilakukan intervensi, yaitu dengan pembentukan kader Mitra Aktif Setempat (MAS), sebanyak 10 orang yang bertugas memberikan penyuluhan, membagi obat dan mengawasi minum obat bagi penderita kusta yang menjadi binaannya. Penyuluhan lewat tokoh masyarakat dan penggerakan anak sekolah. Dengan menjadikan lomba menggambar dan mengarang dengan tema : Penanggulangan Penyakit Kusta, oleh murid-murid sekolah dasar di Banyusangkah supaya mereka mengenal benar mengenai penyakit kusta. Tujuan umum evaluasi model penanggulangan penyakit kusta ini adalah untuk mengetahui keberhasilan dan kendala yang telah dilaksanakan oleh kader MAS di desa Banyusangkah. Tujuan khusus penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui kelangsungan pelaksanaan kader MAS (minum obat secara teratur dan benar), dalam melaksanakan tugasnya memandu pengobatan penderita kusta dan penemuan penderita baru dan hasil pencatatan dan pelaporan. 2. Untuk mengetahui pelaksanaan, penyuluhan oleh Toma kader (kesinambungannya). Seberapa jauh masyarakat mengetahui pengenalan tanda-tanda penyakit kusta setelah intervensi. 3. Untuk mengetahui hasil penyuluhan lewat anak sekolah 4. Untuk mengetahui kesiapan tenaga kesehatan dan ketersediaan obat 5. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang ada dan Perbaikan model/modul penanggulangan kusta yang diperlukan. Metodologi dalam penelitian ini adalah evaluasi dilakukan oleh petugas pusat (Tim Peneliti), propinsi dan kabupaten. Pengumpulan data dengan metode kualitatif yaitu melakukan diskusi kelompok (FGD) dan wawancara mendalam dengan petugas kesehatan, kader, guru, kyai, penderita dan masyarakat yang terpilih. Sedangkan metode kuantitatif adalah dengan melakukan wawancara pada masyarakat dengan responden yang terpilih pada waktu penelitian tahap I serta wawancara pada penderita kusta/mantan penderita. Hasil penelitian yang disajikan di sini masih bersifat deskriptif. Manfaat penelitian ini adalah hasil penelitian sebagai masukkan pada penyelenggaraan program dalam upaya penanggulangan penyakit kusta dalam rangka pencapaian eliminasi kusta tahun 2005 di Indonesia. Hasil dari penelitian ini adalah responden yang berhasil diwawancarai dan masyarakat berjumlah 71 orang, dan dari penderita atau mantan penderita kusta sebanyak 26 orang. Umur responden menunjukkan sebagian besar pada usia produktif (20-49 tahun) yaitu pada masyarakat sebanyak 80,3% dan pada penderita/mantan penderita 80,9%. Prosentase tertinggi pendidikan responden pada masyarakat adalah tamat SD sebanayak 47,9%, sedangkan pada penderita/mantan penderita 46,2% tidakatamat SD. Pekerjaan responden pada masyarakat adalah 31,0% sebagai pedagang dan 25,8% sebagai nelayan, sedangkan pada penderita/mantan penderita sebagaian besar adalah 53,8% tidak bekerja, sekolah dan 30,8% sebagai nelayan. Prosentase pengetahuan mengenai penyakit kusta dari masyarakat dibandingkan dengan hasil penelitian pada tahap I terdapat kenaikan. Pada tahap I yang menyatakan tidak tahu penyebab penyakit kusta 48,5%, pada evaluasi turun menjadi 12,7%. Kepercayaan bahwa kusta merupakan kutukan Tuhan masih ada pada masyarakat, pada tahap I prosentasenya menunjukkan 10,6% dan pada evaluasi 12,7%, sedangkan yang mengatakan bahwa penyebabnya adalah kuman pada tahap I adalah 24,2% dan pada evaluasi sebanyak 43,7%. Beberapa kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah pelaksanaan kader MAS telah berjalan selama 11 bulan (Desember 1999-November 2000). Pada awalnya banyak kendala yang dialami. Antara lain bahwa masyarakat marah/ mencaci maki pada kader kalau ada anggota keluarganya yang dinyatakan sebagai penderita kusta dan ada yang tidak senang dikunjungi kader. Akhirnya beberapa kendala bisa diatasi, kader lebih dikenal dengan namanya sendiri sebagai petugas penyuluh pada masyarakat maupun penderita/mantan penderita kusta, memberi obat kusta, mengawasi minum obat dan mencari penderita baru. Monitoring hasil pencatatan dan pelaporan dari kader berjalan dengan baik. Kader yang dibentuk pada bulan Desember 1999 berjumlah 10 orang, 1 orang pindah ke Pontianak, 1 orang kader kegiatan pekerjaannya bertambah, maka mengundurkan diri, namun sudah terpilih penggantinya. Buku panduan yang dibagikan kepada kader dan Toma sebagai bahan untuk penyuluhan telah dilaksanakan pada awal-awal kegiatan, selanjutnya buku itu dipakai sebagai pedoman untuk penyuluhan yang bersifat perorangan. Penyuluhan pada masyarakat dan penderita/mantan penderita pada 3 bulan yang lalu hanya 10% yang menyatakan bahwa mendapat penyuluhan dari kader dan tokoh masyarakat dengan mempergunakan buku panduan. Sedangkan hasil wawancara mendalam menunjukkan bahwa buku pedoman dipakai oleh kader/tokoh masyarakat pada 8-10 bulan yang lalu pada waktu pengajian, pertemuan-pertemuan di desa/RT. Masyarakat masih memerlukan media penyuluhan berupa gambar.
Item Type: | Monograph (Project Report) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | lepra; buku panduan; penyuluhan; Abstrak Penelitian Kesehatan |
Subjects: | QS-QZ Preclinical sciences (NLM Classification) > QW Microbiology. Immunology > QW 1-300 Microbiology |
Divisions: | Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan > Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan |
Depositing User: | Administrator Eprints |
Date Deposited: | 02 Oct 2017 05:29 |
Last Modified: | 08 Nov 2017 14:00 |
URI: | https://repository.badankebijakan.kemkes.go.id/id/eprint/1639 |
Actions (login required)
View Item |