REPOSITORI BADAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN

Pengembangan Model Intervensi Imunisasi Anak Putus sekolah (Tahun II)

Lestari, Whinie (2002) Pengembangan Model Intervensi Imunisasi Anak Putus sekolah (Tahun II). Project Report. Center for Research and Development of Disease Control, NIHRD.

Full text not available from this repository.

Abstract

Telah dilakukan penelitian tahap I dan II yang bertujuan untuk mendapatkan model menjaring anak putus sekolah/tidak pernah sekolah setara SD/MI untuk mendapatkan imunisasi DT dan TT BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah). Hasil tersebut diharapkan dapat meningkatkan cakupan imunisasi anak-anak di luar sekolah. Hasil penelitian tahap I yang dilaksanakan pada tahun 2001 menunjukkan bahwa belum ada program imunisasi DT/TT BIAS pada anak putus sekolah di Kotamadya Jakarta Utara. Data lain untuk menjaring anak putus sekolah dilakukan oleh BKKBN melalui salah satu programnya yaitu membina keluarga prasejahtera. Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) yang ada disetiap wilayah puskesmas bekerja sama dengan kader posyandu melakukan pendataan anak-anak putus sekolah umur 7--15 tahun setahun sekali. Hasil penelitian menunjukkan proporsi anak putus sekolah setara SD di Kotamadya Jakarta Utara adalah 4.4% ,terbanyak ditemukan di Kalibaru (11.1%) Kecamatan Cilincing. Status imunisasi tetanus terbanyak adalah TT 0 (34%) dari jumlah sampel 109 anak putus sekolah. Persentase kekebalan protektif tetanus (titer antibodi >atau = 1 IU/ml) pada anak sekolah putus sekolah sebesar 50.9% (n=106) dengan titer antibodi rata-rata (GMT)0,4625. Peningkatan status imunisasi anak putus sekolah dari status TT 0 ke TT 3 dan TT 4 dapat memberikan rata-rata kenaikan titer antibodi tetanus sebanyak 10 kali sampai 30 kali secara bermakna (p=0.002 dan p=0.008). Status kekebalan protektif terhadap tetanus pada anak putus sekolah 30%--50% lebih rendah dibandingkan beberapa hasil penelitian lain (Bogor Tahun 1997, 1999 dan Inggris Tahun 2000). Jumlah suntikan imunisasi difteri terbanyak adalah 1 kali (35%) dari jumlah sampel 109 anak putus sekolah. Persentase titer seropositif (titer antibodi > atau = 0.01 IU/ml) terhadap difteri sebesar 75%, dengan titer antibodi rata-rata (GMT) sebesar 0.0248 IU/ml. Persentae kekebalan protektif penuh (fully protective) terhadap difteri pada anak putus sekolah dengan titer antibodi > atau = 0.1 IU/ml adalah 32%. Status kekebalan seropositif dan fully protective terhadap difteri pada anak putus sekolah adalah 10%--20% dan 40% lebih rendah dibandingkan beberapa hasil penelitian lain (Bogor Tahun 1997, 1999 dan Taiwan Tahun 1999). Hasil penelitian tahap II dengan melakukan ujicoba penjaringan imunisasi model B (melibatkan kader posyandu dan PLKB) dan C (melibatkan kader posyandu, PLKB dan LSM) menunjukkan bakwa cakupan imunisasi DT dan TT pada anak putus sekolah dalah 87.5%, 68.4% dan 57.8%, 68.9%. Cakupan imunisasi DT anak putus sekolah dengan uji coba model B (87.5%) lebih tinggi dibandingkan dengan model C (57.8%) sedangkan cakupan imunisasi TT anak putus sekolah dengan uji coba model B dan C tidak jauh berbeda (68.4% dan 68.9%). Hal ini menunjukkan bahwa yang sangat berperan aktif dalam menjaring anak putus sekolah untuk imunisasi adalah kader posyandu dan PLKB.

Item Type: Monograph (Project Report)
Uncontrolled Keywords: Imunisasi; Abstrak Penelitian Kesehatan
Subjects: QS-QZ Preclinical sciences (NLM Classification) > QW Microbiology. Immunology > QW 501-949 Immunology
Divisions: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan > Center for Research and Development of Disease Control, NIHRD
Depositing User: Administrator Eprints
Date Deposited: 02 Oct 2017 05:29
Last Modified: 09 Nov 2017 06:51
URI: https://repository.badankebijakan.kemkes.go.id/id/eprint/1629

Actions (login required)

View Item View Item