REPOSITORI BADAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN

Penelitian Infeksi Hantavirus Penyebab Haemorrhagic Fever with Renal Syndrome (HFRS) di Beberapa Kota Pelabuhan Laut di Indonesia (Tahap I)

Ibrahim, Ima Nurisa (2000) Penelitian Infeksi Hantavirus Penyebab Haemorrhagic Fever with Renal Syndrome (HFRS) di Beberapa Kota Pelabuhan Laut di Indonesia (Tahap I). Project Report. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan.

Full text not available from this repository.

Abstract

Penelitian infeksi Hantavirus penyebab demam berdarah dengan sindrom renal (haemorrhagic fever with renal syndrome = HFRS) dilakukan di derah perimeter dan pemukiman di daerah buffer Pelabuhan Makasar, Propinsi Sulawesi Selatan serta di daerah perimeter Pelabuhan Sekupang dan Batu Ampar dan daerah pemukiman semipermanen, Tiban Lama dan daerah hutan/kebun di antara kedua pelabuhan tersebut di Pulau Batam, Propinsi Riau pada bulan September sampai dengan Desember 1999. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari gambaran epidemiologi penyakit HFRS secara komprehensif, menyeluruh dan mendalam dan menentukan model upaya penanggulangan masalah yang akan muncul. Di daerah buffer Pelabuhan Makasar diamati sebanyak 95 rumah dan 191 orang responden penghuni rumah diwawancarai menggunakan kuesioner terstruktur serta didapat 214 contoh serum darah vena penduduk. Hasil wawancara memperlihatkan 92,1% penduduk berpendidikan sekolah dasar atau lebih tinggi. Mata pencaharian mereka beragam (55,5%) yaitu sebagai pedagang, nelayan, pegawai pelabuhan, buruh pabrik dan sisanya tidak mempunyai pekerjaan tetap (44,5%). Umumnya penduduk mengetahui adanya penyakit bersumber hewan atau tikus (75 %). Sebagian besar rumah (80,8%) memiliki tanda-tanda kehidupan tikus di dalam rumah dan 75,8% di luar rumah. Hewan ternak dan hewan peliharaan lainnya sangat jarang ditemui hanya terlihat beberapa ayam dan kucing berkeliaran dan pada sebuah rumah terlihat burung di dalam sangkar. Sebanyak 204 ekor rodensia (tikus dan mencit) dan insektivora (cecurut) liar yang terdiri dari 3 spesies tikus yaitu Rattus exulans, Rattus makassarius, dan satu spesies mencit Mus musculus serta satu spesies cecurut yaitu Suncus murinus berhasil ditangkap di perumahan di daerah buffer pelabuhan maupun di perkantoran di daerah perimeter pelabuhan dengan keberhasilan penangkapan cukup tinggi yaitu antara 8,8%-9,1%. Spesies tikus dan cecurut ini lebih dikenal sebagai reservoir penyakit demam berdarah Korea. Angka graviditas tikus betina cukup tinggi berkisar antara 38 % sampai 100 % dengan jumlah embrio rata-rata 6,9 ekor pada musim kemarau dan 4,5 ekor pada musim penghujan. Berbagai ektoparasitnya juga ditemukan seperti pinjal yang dikenal sebagai vektor penyakit pes dan murine typhus menginfestasi 67,1 % hewan dengan indeks pinjal 0,5–1,1. Tungau menginfestasi 27,5 % hewan, sedangkan chigger (gurem) yang dikenal sebagai vektor penyakit scrub typhus ditemukan menginfestasi 10,7 % hewan. Di daerah pemukiman Tiban Lama yang terletak di antara Pelabuhan Sekupang dan Batu Ampar di Pulau Batam diamati sebanyak 90 rumah dan 202 orang responden penghuni rumah diwawancarai menggunakan kuesioner terstruktur serta didapat 140 contoh serum darah vena penduduk. Hasil wawancara memperlihatkan 88,1% penduduk berpendidikan sekolah dasar atau lebih tinggi. Mata pencaharian mereka umumnya buruh pabrik (56,4%) sebagian pedagang, nelayan, pegawai pelabuhan (14,9%) dan sisanya tidak mempunyai pekerjaan tetap (28,7%). Hanya 43% penduduk mengetahui adanya penyakit bersumber hewan atau tikus. Sebagian besar rumah (77,8%) memiliki tanda-tanda kehidupan tikus di dalam rumah dan 71% di luar rumah. Sebanyak 36% penduduk memiliki hewan pelihara yang sebagian besar burung (70%) diikuti kucing (34%) anjing (6%). Hewan ternak ayam hanya ditemukan di beberapa buah rumah. Sebanyak 185 ekor rodensia (tikus) liar yang terdiri dari 4 spesies yaitu Rattus exulans, Rattus norvegivus, Rattus rattus diardii, dan Rattus whitheadi berhasil ditangkap di daerah perimeter Pelabuhan Sakupang dan Batu Ampar serta daerah pemukiman Tiban Lam di antara kedua pelabuhan tersebut dan daerah hutan di sebuah bukit di dekat Pelabuhan Sekupang dengan keberhasilan penangkapan cukup tinggi yaitu antara 0,3% - 8,6%. Selain R. whiteheadi semua spesies tikus tersebut telah dikenal sebagai reservoir penyakit demam berdarah Korea. Angka praviditas tikus betina 46,3% pada musim kemarau dan 27,3% pada musim penghujan dengan jumlah embrio rata-rata 3 ekor. Berbagai ektoparasitnya ditemukan seperti pinjal yang dikenal sebagai vektor penyakit pes dan murine typhus menginfestasi 2,2% hewan dengan Indeks Pinjal 1,0--7,0. Tungau menginfestasi 13,9% hewan, sedangkan chigger (gurem) yang dikenal sebagai vektor penyakit scrub typhus ditemukan menginfestasi 1,1% hewan.

Item Type: Monograph (Project Report)
Uncontrolled Keywords: Infeksi Hantavirus; haemorrhagic fever with renal syndrome = HFRS; hewan peliharaan; Abstrak Penelitian Kesehatan
Subjects: W Medicine and related subjects (NLM Classification) > WC Communicable Diseases > WC 500-590 Virus Diseases
Divisions: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan > Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan
Depositing User: Administrator Eprints
Date Deposited: 02 Oct 2017 05:29
Last Modified: 10 Nov 2017 06:23
URI: https://repository.badankebijakan.kemkes.go.id/id/eprint/1585

Actions (login required)

View Item View Item