REPOSITORI BADAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
Pola Pengobatan Sendiri Menggunakan Obat, Obat Tradisional dan Cara Tradisional serta Pengobatan Rawat Jalan Memanfaatkan Pengobatan Tradisional
Supardi, Sudibyo (2002) Pola Pengobatan Sendiri Menggunakan Obat, Obat Tradisional dan Cara Tradisional serta Pengobatan Rawat Jalan Memanfaatkan Pengobatan Tradisional. Project Report. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi Kesehatan.
Full text not available from this repository.Abstract
Analisis data SUSENAS 2001 ini dilakukan dalam upaya mendapatkan informasi tentang pola pengobatan sendiri menggunakan obat, obat tradisional, dan cara tradisional, serta pengobatan rawat jalan memanfaatkan pengobat tradisional oleh masyarakat Indonesia. Rancangan penelitian yang digunakan adalah analisis data sekunder hasil SUSENAS 2001 yang berupa kuesioner KOR, mencakup 889.413 responden. Pengumpulan data dilakukan secara cross sectional dengan pendekatan secara retrospektif kurun waktu sebulan sebelum survai berdasarkan block sensus dan rumah tangga yang terpilih. Kesimpulan penelitian sebagai berikut: 1. Persentase penduduk Indonesia yang melakukan pengobatan sendiri cenderung menurun, dalam hal ini penggunaan obat menurun, tetapi penggunaan obat tradisional dan cara tradisional meningkat. 2. Persentase penduduk Indonesia yang melakukan pengobatan sendiri menggunakan obat lebih tinggi pada kelompok usia kerja, pendidikan tamat SD, bekerja, pengeluaran sebulan per orang sampai dengan Rp 300.000, jenis keluhan sakit gigi, sakit kepala, batuk, pilek, dan demam, lama sakit tak lebih dari 3 hari, persepsi sakit ringan, biaya pengobatan tidak lebih dari Rp 2.000. Obat lebih banyak digunakan di kota Provinsi Kalimantan selatan. 3. Persentase penduduk Indonesia yang melakukan pengobatan sendiri menggunakan obat tradisional dan cara tradisional lebih tinggi pada kelompok usia lanjut, pendidikan tidak tamat SD, bekerja, pengeluaran sebulan per orang sampai dengan Rp 300.000, jenis keluhan lumpuh, campak, kejang, kecelakaan dan liver, lama sakit lebih dari 3 hari, persepsi sakit ringan, dan biaya pengobatan lebih dari Rp 10.000. Obat tradisional lebih banyak digunakan di desa Propinsi Nusa Tenggara Barat dan Cara tradisional banyak digunakan di desa Kalimantan Barat. 4. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan pengobatan sendiri menggunakan obat tradisional adalah kelompok umur tinggi, pendidikan rendah, bekerja, tinggal di desa, sakit dalam waktu lama, dan biaya lebih dari Rp 10.000. 5. Persentase penduduk Indonesia yang memanfaatkan pengobat tradisional cenderung menurun, lebih tinggi pada kelompok usia balita dan usia lanjut, pendidikan rendah, tidak bekerja, pengeluaran sebulan per orang sampai dengan Rp 300.000, dengan jenis keluhan kecelakaan, campak, lumpuh, dan kejang, lama sakit 10 hari atau lebih, persepsi sakit tidak ringan, biaya pengobatan lebih dari Rp 10.000, tinggal di desa, di propinsi Sumatera Barat. Berdasarkan pembahasan dan simpulan, disusun rekomendasi sebagai berikut; 1. Departemen Kesehatan perlu melakukan inventarisasi, identifikasi, evaluasi dan penelitian sehingga pengobatan tradisional yang aman dan bermanfaat dapat disebarluaskan kepada masyarakat sebagai pengobatan alternatif, khususnya keluhan yang mempunyai prevalensi tinggi, misalnya lumpuh, campak, kejang, kecelakaan dan liver. 2. Departemen Kesehatan sudah waktunya melakukan pembinaan dan penataan yang lebih baik dan lebih luas terhadap pengobat tradisional mengingat masih banyaknya masyarakat yang menggunakan jasa mereka dalam pengobatan rawat jalan penyakit kronis. 3. Departemen Kesehatan perlu membina dan meningkatkan kegiatan Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional (SP3T) yang sudah ada di 12 propinsi sehingga pengobatan tradisional yang bermanfaat dapat digunakan dalam pelayanan kesehatan formal. Di samping itu perlu dipertimbangkan untuk pembentukan Sentra P3T di propinsi-propinsi yang memiliki prevalensi tinggi dalam pemanfaatan obat tradisional, cara tradisional dan battra, yaitu Propinsi Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, dan Sumatra Barat. 4. Badan POM seharusnya meninjau kembali perizinan makanan kesehatan (health food) yang banyak digunakan oleh masyarakat, dan dipromosikan sebagai bahan yang berkhasiat sebagaimana layaknya obat. 5. Sebagai akibat meningkatnya pemanfaatan pengobatan tradisional yang mungkin disebabkan oleh promosi melalui media massa, perlu dibentuk komite independen/lembaga swadaya masyarakat untuk membantu pemerintah mengawasi iklan yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Item Type: | Monograph (Project Report) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | SELF MEDICATION; MEDICINE, TRADITIONAL; Pengobatan Tradisional |
Subjects: | W Medicine and related subjects (NLM Classification) > WB Practice of Medicine > WB 1-117 Reference Works. General Works |
Divisions: | Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan > Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi Kesehatan |
Depositing User: | Administrator Eprints |
Date Deposited: | 02 Oct 2017 05:26 |
Last Modified: | 15 Nov 2017 07:59 |
URI: | https://repository.badankebijakan.kemkes.go.id/id/eprint/156 |
Actions (login required)
View Item |