REPOSITORI BADAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
Pengaruh Ketebalan Irisan dan Lama Perebusan (Blanching) terhadap Gambaran Makroskopis dan Kadar Minyak dan Atsiri Simplisia Dringo (Acorus calamus L.)
Sudrajad, Heru (2004) Pengaruh Ketebalan Irisan dan Lama Perebusan (Blanching) terhadap Gambaran Makroskopis dan Kadar Minyak dan Atsiri Simplisia Dringo (Acorus calamus L.). Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 14 (1). ISSN 0853-9987
Preview |
Text
1102-672-1-PB.pdf - Published Version Download (249kB) | Preview |
Abstract
Beberapa simplisia perlu mengalami proses seperti perajangan dan blanching. Perajangan dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Semakin tipis bahan yang dikeringkan, semakin cepat penguapan air yang dikandung, sehingga mempercepat waktu pengeringan. Namun irisan yang terlalu tipis menyebabkan zat yang mudah menguap seperti minyak atsiri akan berkurang kadarnya, sehingga mempengaruhi komposisi, bau dan rasa terutama pada simplisia seperti temu lawak, temu giring, jahe, kencur dan bahan sejenis lainnya. Perebusan (blanching) adalah suatu proses pemanasan yang diberikan kepada bahan mentah selama beberapa menit pada suhu air mendidih yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas produk yang diolah. Rimpang tanaman ini secara empiris digunakan sebagai insektisida, demam nifas, karminatif, disentri dan limpa bengkak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh ketebalan irisan dan lama perebusan (blanching) terhadap gambaran makroskopis dan kadar minyak atsiri simplisia dringo (Acorus calamus L.) Sebagai model digunakan Acorus calamus L. Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap menggunakan 2 faktor perlakuan, yaitu faktor pertama ketebalan irisan (K), yaitu K1 = 2 mm, K2 = 4 mm, K3 = 6 mm dan lma blanching (B) yaitu BO = tanpa blanching, B1 = 5 menit dan B2 = 10 menit. Pengamatan dilakukan terhadap kualitas (warna, bentuk permukaan dan rekstur) simplisia dan kadar minyak atsiri rimpang dringo. Simplisia dengan ketebalan irisan 2 mm tanpa perlakuan blanching menghasilkan minyak atsiri lebih tinggi (4, 5%) dengan kualitas simplisia yang lebih baik (warna putih kekuningan, permukaan rata dan tekstur liat, mudah dipatahkan) sedangkan yang hasil terendah diperoleh pada perlakuan ketebalan irisan 2 mm dengan perlakuan lama blanching 10 menit yaitu warna simplisia coklat, keadaan fisik irisan bergelombang, permukaan keras, sukar dipatahkan dengan kadar miyak atsiri (2%). Hasil percobaan menunjukkan bahwa tebal irisan 2 s.d 6 mm dan lama blanching berpengaruh terbaik terhadap minyak atsiri dan kualitas simplisia dringo.
Item Type: | Article |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | minyak atsiri; simplisia; Media Litbang Kesehatan |
Subjects: | QS-QZ Preclinical sciences (NLM Classification) > QV Pharmacology > QV 701-835 Pharmacy and Pharmaceutics |
Divisions: | Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan > Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan |
Depositing User: | Administrator Eprints |
Date Deposited: | 02 Oct 2017 05:29 |
Last Modified: | 21 Nov 2017 05:15 |
URI: | https://repository.badankebijakan.kemkes.go.id/id/eprint/1211 |
Actions (login required)
View Item |