REPOSITORI BADAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
Cost Recovery of Automated Clinical Analyzer (A Case Study in Public Hospital Laboratory and Private Clinical Laboratory)
Angkasawati, Tri Juni (1999) Cost Recovery of Automated Clinical Analyzer (A Case Study in Public Hospital Laboratory and Private Clinical Laboratory). Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 3 (2). ISSN 1410-2935
Preview |
Text
1583-3099-1-PB.pdf - Published Version Download (810kB) | Preview |
Abstract
Biaya pelayanan laboratorium adalah informasi yang perlu diketahui oleh pembuat keputusan dalam rangka penetapan tarif yang diberlakukan sebagai bagian dari sumber pendapatan yang tujuannya adalah untuk memulihkan biaya produksi. Namun pertimbangan penetapan tarif juga harus mempertimbangkan misi dari masing-masing penyedia pelayanan antara lain pemerintah dan swasta. Sehingga perlu dilakukan studi untuk mengetahui besarnya biaya pemulihan yang layak sebgai pedoman untuk penetapan besar tarif di masing-masing fasilitas. Tujuan dari studi ini adalah untuk mempelajari biaya pemulihan dari Automated Clinical Analyzer (ACA) di laboratorium rumah sakit pemerintah dan laboratorim klinik swasta di Jawa Timur. Studi ini menerapkan distibusi langsung anggaran dari pusat pembiayaan institusi yang bersangkutan untuk alokasi biaya dalam perhitungan biaya total cost. Biaya total diklasifikasikan dalam biaya kapital (capital cost) dan biaya kembali (recurrent cost). Ratio biaya pemulihan dihitung dari total pendapatan dibagi biaya total. Bila Ratio biaya pemulihan kurang dari satu menunjukkan bahwa provider mengalami kerugian, sebaiknya bila ratio biaya pemulihan lebih dari satu, berarti provider mendapatkan keuntungan. Hasil studi menunjukkan, di kedua fasilitas pelayanan, biaya kapital memberi kontribusi terbesar dari total biaya, diikuti biaya material dan biaya tenaga. Di laboratorium rumah sakit pemerinah biaya capital sebesar 48,3%, biaya meterial 44,4% dan biaya tenaga 7,3%. Sedangkan di laboratorium klinik swasta biaya capital sebesar 53,5%, biaya material 31,7% dan biaya tenaga 14,8%. Dari biaya kapital, harga pembelian ACA menggunakan Porsi biaya terbanyak. Biaya satuan rata-rata di kedua fasilitas masing-masing adalah Rp 7.330 dan Rp. 13,983. Ratio biaya pemulihan di laboratorium rumah sakit pemerintah adalah 1,22 sedangkan di laboratorium klinik swasta adalah 1,45. Berarti kedua fasilitas mendapatkan untung. Tarif rata-rata pemeriksaan test laboratorium di rumah sakit pemerintah adalah Rp. 9.200,- dan jumlah pemeriksaan test laboratorium telah melebihi titik impas (break-even point) maka disarankan untuk menurunkan biaya sebesarbiaya satuan (Rp 7.330,-) mengingat rumah sakit pemerintah empunyai misi tidak mengambil keuntungan (non-profit). Untuk sektor swasta, keuntungan 20% merupakan keuntungan yang layak sehingga disarankan menurunkan tarif pemeriksaan sebesar 3% dari tarif rata-rata yang saat ini adalah Rp. 17.250,-. Kebijaksanaan penetapan tarif juga perlu mempertimbangkan pengecualian tarif untuk mereka yang membayar langsung (out of pocket) dan mereka yang tidak mampu membayar pelayanan
Item Type: | Article |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Cost Automated Analyzer: Public Hospital Laboratory; Private Clinical Laboratory |
Subjects: | W Medicine and related subjects (NLM Classification) > WX Hospitals and Other Health Facilities > WX 150-190 Hospital Administration and Health Facility Administration |
Divisions: | Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan > Pusat Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan Surabaya |
Depositing User: | Administrator Eprints |
Date Deposited: | 02 Oct 2017 05:29 |
Last Modified: | 20 Nov 2017 06:06 |
URI: | https://repository.badankebijakan.kemkes.go.id/id/eprint/1010 |
Actions (login required)
View Item |