REPOSITORI BADAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN

Penatalaksanaan Penggunaan Campuran Diethylcarbamazine-Garam Berjodium dalam Pengobatan Masal Filariasis

Ompusunggu, Sahat (2001) Penatalaksanaan Penggunaan Campuran Diethylcarbamazine-Garam Berjodium dalam Pengobatan Masal Filariasis. Project Report. Center for Research and Development of Disease Control, NIHRD.

Full text not available from this repository.

Abstract

Sebagai akibat dari efek samping yang berat pada pengobatan filariasis dengan Diethylcarbamazine (DEC) dosis standar, kebijaksanaan pengobatan filariasis di Indonesia diganti dengan pemberian DEC sekali seminggu selama empat puluh minggu. Namun sesuai dengan Global Strategy for Filariasis Control, suatu uji coba penggunaan campuran DEC-garam berjodium dalam pengobatan filariasis telah dilakukan di empat propinsi selama 1997-1999. Dalam penelitian ini dijumpai dua macam permasalahan, yaitu terlalu tingginya biaya operasional (transportasi) campuran DEC-garam berjodium dan campuran tersebut kurang homogen. Penelitian ini bertujuan untuk menunjang uji coba DEC-garam yang dilakukan oleh Subdit Filariasis dan Schistosomiasis dalam hal penilaian efektifitas, kadar DEC dan penerimaan penduduk. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki penatalaksanaan pemberian campuran DEC-garam berjodium dalam pengobatan massal filariasis. Penelitian dilakukan di dua desa, yaitu desa Lokpaikat, kecamatan Lokpaikat, kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan untuk Brugia malayi (zoonotik) dan desa Buru Kaghu, kecamatan Wewewa Selatan, kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur untuk B. timori (non zoonotik) selama tahun 2000. Pencampuran DEC dengan garam berjodium dilakukan di daerah oleh pabrik garam lokal atau oleh petugas kesehatan. Konsentrasi diethyl-carbamazine (DEC) yang dipakai dalam campuran DEC-garam berjodium adalah 0,2 % dan lamanya pengobatan massal selama 9 bulan. Penilaian terhadap pengobatan ini meliputi: (1). pemeriksaan konsentrasi DEC dalam campuran DEC-garam berjodium; (2). pemeriksaan mikrofilaria dalam darah jari sebelum, pada pertengahan dan pada akhir masa pengobatan; (3). pemeriksaan efek samping pengobatan; (4). pemeriksaan kadar DEC dalam darah/serum dan (5). pemeriksaan penerimaan dan kepatuhan masyarakat dalam penggunaan campuran DEC-garam berjodium. Hasil menunjukkan bahwa teknik pencampuran diethylcarbamazine dengan garam berjodium bisa dilakukan di tingkat daerah bahkan di tingkat desa secara manual dengan teknik sederhana. Homogenitas kadar diethylcarbamazine dalam enam puluh sampel campuran diethylcarbamazine-garam berjodium yang sudah diperiksa, meskipun masih bervariasi yang berkisar antara “tidak terdeteksi” (di bawah nilai absorban 0,036%) hingga 0,28 %, namun terdapat 11 dan 8 sampel yang mempunyai konsentrasi persis 0,2 %. Microfilaria rate menunjukkan kecenderungan penurunan pada masa pengobatan 5 bulan, yaitu dari 1% (3/297) menjadi 0,8 % (2/253) untuk B. malayi subperiodik dan dari 7,9 % (17/215) menjadi 5,3 % (14/266) untuk B. timori. Efek samping pengobatan massal filariasis dengan pemberian campuran DEC-garam berjodium hampir tidak ada, baik terhadap B. malayi subperiodik maupun terhadap B. timori, kecuali ada 1 orang di desa endemis B. malayi subperiodik yang mengeluhkan rasa gatal, yang diduga ada kaitannya dengan pemakaian obat antikehamilan (microginon) yang dipakai dalam waktu yang bersamaan. Kadar diethylcarbamazine dalam serum belum bisa dilakukan akibat keterbatasan peralatan pemeriksaan. Penerimaan penduduk terhadap pemberian campuran diethylcarbamazine-garam berjodium sebagai pengobatan massal filariasis cukup baik, sebab 84,9 % dan 96 % penduduk di kedua desa selalu memakai garam campuran tersebut sebagai bahan pengasin sehari-hari di rumah tangga. Disarankan agar dalam pencampuran diethyl-carbamazine dengan garam berjodium tersebut dilakukan dalam volume yang lebih kecil agar diperoleh tingkat homogenitas yang lebih tinggi. Selain itu juga perlu dilakukan pemantauan yang kontinu terhadap campuran diethylcarbamazine-garam berjodium tersebut untuk mengetahui berapa lama stabilitas kadar jodium dan diethyl-carbamazine dalam campuran tersebut bisa bertahan sesuai dengan yang diharapkan.

Item Type: Monograph (Project Report)
Uncontrolled Keywords: pengobatan filariasis; campuran DEC garam berjodium; Abstrak Penelitian Kesehatan
Subjects: QS-QZ Preclinical sciences (NLM Classification) > QV Pharmacology > QV 270-285 Water. Electrolytes
Divisions: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan > Center for Research and Development of Disease Control, NIHRD
Depositing User: Administrator Eprints
Date Deposited: 02 Oct 2017 05:29
Last Modified: 10 Nov 2017 04:40
URI: https://repository.badankebijakan.kemkes.go.id/id/eprint/1460

Actions (login required)

View Item View Item