LAPORAN HASIL SURVEY PENGELOLAAN KASUS DBD DI RS KABUPATEN DAN RS SWASTA DI JAWA BARAT TAHUN 1998

Yatim, Faisal (1998) LAPORAN HASIL SURVEY PENGELOLAAN KASUS DBD DI RS KABUPATEN DAN RS SWASTA DI JAWA BARAT TAHUN 1998. Project Report. Pusat Penelitian dan Pengembangan Penyakit Menular.

Abstract

Sejak tahun 1976, program penanggulangan penyakit DBD mulai diaktifkan di Depkes. Dari hasil pengamatan program, sejak tahun 1968, daerah terjangkit DBD semakin luas dari 2 propinsi dan 2 DT II tahun 1968 menjadi 10 propinsi tahun 1973 dan lengkap sudah 27 propinsi dan 217 DT II terjangkit di tahun 1994, begitu juga dengan jumlah kasus DBD yang dilaporkan meningkat dari tahun ke tahun dari 58 penderita di tahun 1968, 5 tahun kemudian sudah 10.189, dan 10 tahun kemudian tahun 1983, sudah 13.688. Apabila dilihat angka kemarian DBD per propinsi, angka kematian (CFR) yang tinggi, adalah Propinsi Kalimantan Barat, Lampung, Jambi dan Jawa Barat. Dan yang paling tinggi adalah propinsi Jawa Barat. Dan bila dibandingkan dengan negara negara tetangga Asean, Indonesia termasuk paling tinggi. Thailand, Singapore dan Malaysia sudah dapat mempertahankan angka kematian (CFRDBD) dibawah 1% sedangkan Indonesia bertahan pada angka 2,5%. Menurut para klinisi, meninggalnya pasien DBD karena penderita DBD terlambat datang meminta petolongan petugas kesehatan. Atau mungkin karena kelemahan dalam pengelolaan perawatan di Rumah Sakit dan mungkin juga karena keterbatasan sumberdaya dan tenaga pengelola. Diperkirakan sumber laporan kematian DBD ada di RS Kabupaten, karena keterbatasan tenaga dan sarana, dan merupakan pusat rujukan dari Puskesmas. Berdasarkan hal tersebut diatas dilakukan survey penatalaksanaan kasus DBD di RS. Kabupaten dan RS. Swasta di Propinsi Jawa Barat.

Actions (login required)

View Item